Kronologi Sejarah Pulau Kalimantan (45.000 SM - 2017 M)



---



Kronologi sejarah pulau Kalimantan dari tahun 45.000 Sebelum Masehi sampai 2017. Dimulai dari terbentuknya pulau besar ini pada akhir Zaman Es, perkembangan kebudayaan maju, munculnya peradaban dan kerajaan kuno seperti Kutai dan Nan Sarunai, masa imperium Sriwijaya dan Majapahit, bangkitnya kesultanan Islam seperti Brunei dan Banjar, masa kolonialisme Eropa, hingga kelahiran negara Indonesia, Malaysia, dan Brunei yang kita kenal sekarang... Semoga bermanfaat! :>
------

Sebelum Masehi:



  • 45000 SM - Gelombang populasi pertama manusia modern tiba di benua kuno Sunda.
  • 40000 SM - Kebudayaan Niah muncul di Sarawak.
  • 30000 SM - Kebudayaan Lahad Datu muncul di Sabah.
  • 10000 SM - Kebudayaan Sangkulirang muncul di Kalimantan Timur. Zaman Es (Kala Pleistosen) berakhir. Zaman Modern (Kala Holosen) pun dimulai. Benua Sunda lenyap akibat kenaikan permukaan laut, dan berubah menjadi sebagian dari kepulauan yang kini dikenal sebagai Nusantara.
  • 5000 SM - Kebudayaan Lahad Datu meluas ke Tawau di selatan.
  • 4000 SM - Kebudayaan Barito muncul di sepanjang pesisir Teluk Sarunai purba di Kalimantan Selatan.
  • 2500 SM - Ras Austronesia dari Formosa (Taiwan) tiba di Kalimantan. Kebudayaan Nanga Balang muncul di Kapuas Hulu. Kebudayaan maju di Sarawak meluas hingga ke Sambas.
  • 242 SM - Peradaban Nan Sarunai muncul di Amuntai, didirikan oleh suku Dayak Maanyan.

Abad 4-5:



  • 350 M - Peradaban Kutai muncul di Kalimantan Timur. Kudungga menjadi pemimpin pertama peradaban tersebut.
  • 375 M - Kutai berevolusi menjadi kerajaan bernama Kutai Martadipura. Aswawarman naik tahta sebagai penguasanya.
  • 400 M - Prasasti Yupa. Mulawarman naik tahta di Kutai menggantikan Aswawarman. Peradaban Sambas dan Sepauk muncul di Kalimantan Barat.
  • 446 M - Mulawarman wafat. Selama menjadi Raja, ia melakukan perluasan wilayah hingga ke Kutai Timur. Wangsawarman naik tahta menjadi penguasa Kutai menggantikannya.
  • 490 M - Beberapa komunitas masyarakat Dayak Maanyan dari Nan Sarunai bermigrasi ke pulau Madagaskar di tenggara Afrika, menjadi generasi manusia pertama yang menghuni pulau tersebut.
  • 495 M - Wangsawarman wafat. Mahawijayawarman naik tahta menggantikannya.
  • 500 M - Peradaban Santubong muncul di Sarawak.

Abad 6-7:


  • 518 M - Peradaban Brunei kuno (Barunai/Po Ni) diperkirakan muncul, kemungkinan didirikan oleh suku Bisaya. Wilayahnya mencakup Brunei sekarang hingga kawasan persebaran suku Bisaya di sekitar Kinabalu.
  • 520 M - Peradaban Tanjungpuri muncul di Tabalong, Kalimantan Selatan, didirikan oleh suku Dayak Meratus.
  • 525 M - Nan Sarunai dan Tanjungpuri berkembang menjadi kerajaan, melalui bantuan para bangsawan perantau dari kerajaan Koying (Kerinci) dan Kandali (Kuntala) di Sumatra.
  • 600 M - Nan Sarunai memperluas wilayah ke sepanjang pesisir tenggara Kalimantan, dari Tanjung Silat hingga Paser. Negeri ini lalu mulai memasuki masa kejayaannya. Raja Abang Bhindu mendirikan kerajaan Selimbau di Kapuas Hulu. Kebudayaan maju muncul di sepanjang pesisir Kalimantan Barat.
  • 630 M - Brunei diperkirakan telah berevolusi menjadi kerajaan. Karena di tahun ini, negeri itu telah mengirim utusan pertamanya ke negeri Cina, yang saat itu sedang dalam masa pemerintahan Dinasti Tang.
  • 656 M - Prasasti Batu Pahit di Kalimantan Barat, kemungkinan wilayah tersebut telah berkembang menjadi sebuah peradaban awal. Agama Buddha mulai menyebar ke seluruh Kalimantan.
  • 678 M - Pembangunan Candi Laras di Nan Sarunai.
  • 684 M - Prasasti Batung Batulis.
  • 700 M - Imperium Sriwijaya dari Sumatra diperkirakan mendirikan kerajaan Tanjungpura dan Wijayapura sebagai koloninya di pulau Kalimantan. Kebudayaan maju diperkirakan telah eksis di seluruh Kalimantan.

Abad 8-9:


  • 745 M - Prasasti Sandai. Orang-orang Arab Muslim mulai mendirikan permukiman di pesisir Ketapang, Kalimantan Barat.
  • 775 M - Dinasti Sailendra menjadi penguasa di Sriwijaya dan Mataram. Dharanindra naik tahta sebagai penguasa yang menyatukan kedua negara tersebut.
  • 800 M - Sriwijaya dan Nan Sarunai menjalin hubungan persahabatan. Beberapa komunitas Melayu dari Sriwijaya diperkirakan bermigrasi ke Madagaskar, berbaur dengan masyarakat Dayak Maanyan yang telah menetap di sana tiga abad sebelumnya.
  • 900 M - Santubong diperkirakan berkembang menjadi sebuah kerajaan, yang didirikan oleh Sriwijaya sebagai salah satu negara koloninya. Hyang Ta naik tahta di Tanjungpura.

Abad 10-11:


  • 977 M - Singa Siak Bahulun mendirikan kerajaan Hulu Aik di Ketapang. Ia kemudian menikah dengan seorang putri Tanjungpura yang baru saja naik tahta menjadi penguasa, Ratu Betung. Hulu Aik pun menjadi bawahan Tanjungpura. Bersama, mereka menjalin hubungan diplomatik dengan negeri-negeri di Arab dan Cina, dengan tetap setia sebagai bawahan Sriwijaya.
  • 978 M - Brunei menjalin hubungan persahabatan dengan Dinasti Tang.
  • 1000 M - Sriwijaya diperkirakan menaklukkan Brunei.
  • 1025 M - Kerajaan Tamil Chola memulai invasi terhadap Sumatra. Pasukan Chola berhasil menaklukkan ibukota Sriwijaya, Palembang. 
  • 1030 M - Sriwijaya dan seluruh negeri bawahannya di Sumatra dan Malaya sepenuhnya takluk pada kerajaan Chola. Tanjungpura, Wijayapura, Santubong, dan Brunei kemungkinan besar memerdekakan diri. Beberapa bangsawan Melayu Sriwijaya mengungsi ke Nan Sarunai dan Tanjungpuri, berasimilasi dengan penduduk setempat.
  • 1041 M - Peradaban Menjelutung muncul di Tana Tidung.
  • 1066 M - Di Sumatra, Sriwijaya merdeka dari Chola.
  • 1076 M - Menjelutung menjelma menjadi kerajaan Tidung (Tirun), yang didirikan oleh Si Amus dengan pusatnya di pulau Tarakan.
  • 1088 M - Kerajaan Dharmasraya muncul di Sumatra. Negeri ini kemudian menaklukkan Sriwijaya dan menjadi penguasa Tanah Melayu menggantikannya.

Abad 12:


  • 1117 M - Kutai diserang oleh seorang pangeran Cina dari dinasti Sung (Song), setelah terjadi kesalahpahaman akibat perbedaan budaya antara kedua bangsa tersebut. Pangeran tersebut awalnya datang untuk melamar seorang putri Kutai. Kesalahpahaman terjadi saat jamuan makan, dimana Raja Kutai dan Pangeran Sung menikmati hidangan masing-masing dengan cara yang berbeda, yang membuat sang Pangeran tersinggung dan undur diri ke kapalnya, sebelum tiba-tiba menembakkan meriam ke arah istana Kutai. Pihak Kutai pun juga segera melontarkan meriam mereka. Pertempuran sengit berlangsung dan berakhir dengan kemenangan Kutai.
  • 1120 M - Aki Bugang naik tahta di Tidung.
  • 1156 M - Itara naik tahta di Tidung. Ia memindahkan ibukota kerajaannya ke Tanjung Batu.
  • 1175 M - Tanjungpura diperkirakan menjadi bawahan kerajaan Kediri dari Jawa. Kemungkinan Kediri mendirikan pemerintahan langsung di wilayah negeri Hulu Aik (Ketapang-Kotawaringin).
  • 1183 M - Di Sumatra, Sriwijaya sepenuhnya dikendalikan oleh Dharmasraya.
  • 1185 M - Ikurung naik tahta di Tidung.

Abad 13:


  • 1210 M - Ikarang naik tahta di Tidung.
  • 1216 M - Ibukota Tidung berpindah ke pesisir sungai Bidang.
  • 1222 M - Tanjungpura berganti menjadi bawahan kerajaan Tumapel (Singhasari), setelah pusat Kediri di Jawa Timur jatuh ke tangan Ken Arok, penguasa Tumapel. Kerajaan Silat berdiri di dekat Selimbau.
  • 1225 M - Chao Ju Kua, seorang pejabat Sung di Cina menuliskan sebuah catatan berisi laporan para pelaut Cina tentang negeri-negeri di Asia Tenggara, di antaranya Brunei dan Tanjungpura. Ia menuliskan bahwa Brunei telah memiliki banyak kekayaan dan sedikitnya 100 armada angkatan laut. Kerajaan Wijayapura kemungkinan menjadi bawahan Tanjungpura, dan berganti nama menjadi Nek Riuh.
  • 1245 M - Karangan naik tahta di Tidung.
  • 1254 M - Tumapel berganti nama menjadi Singhasari.
  • 1265 M - Bengawan naik tahta di Tidung. Pada masa pemerintahannya, kerajaan Tidung mengalami masa kejayaan dan melakukan perluasan wilayah dari Mangkalihat di Kutai hingga Kudat di Sabah.
  • 1275 M - Di bawah perintah Kertanegara, Singhasari memulai ekspedisi militer Pamalayu terhadap Dharmasraya untuk menghadang ekspansi Imperium Mongol yang kala itu tengah mengancam kedaulatan negeri-negeri di Asia Tenggara. Ia mengirim sejumlah pasukan ke koloninya di Kalimantan untuk memperkuat penjagaan, serta sebagai pangkalan penghubung antara Singhasari dengan sekutunya di Indocina, kerajaan Champa.
  • 1290 M - Rangga Sentap naik tahta di Tanjungpura.
  • 1291 M - Raden Janur mendirikan kerajaan Sambas, dan memerdekakan diri dari Tanjungpura.
  • 1292 M - Raden Kesuma Sumantri Indraningrat, seorang panglima ekspedisi Pamalayu, mendirikan kerajaan Landak di Ningrat Batur, Kalimantan Barat. Ia menobatkan diri sebagai Raja dengan gelar Ratu Sang Nata Pulang Pali I.
  • 1293 M - Tanjungpura berganti menjadi bawahan kerajaan Majapahit, setelah Singhasari hancur akibat pemberontakan Kediri dan serangan bangsa Mongol. Kepulauan Subi dan Serasan di lepas pantai Sambas kemungkinan jatuh ke tangan kerajaan Melayu Tumasik (Temasek/Singapura), yang melepaskan diri dari Singhasari.
  • 1294 M - Sebuah meteor bercahaya seukuran buah kelapa jatuh di Sambas, yang kemudian disebut sebagai Mustika Bintang, sebuah benda keramat yang dipercaya membawa banyak keberuntungan oleh penduduk setempat. Meteor ini kemudian disimpan oleh Raden Janur. Raden Wijaya, penguasa Majapahit yang mendengar berita itu mengirimkan pasukan ke Sambas untuk meminta benda tersebut. Sambas tak bersedia menyerahkannya, sehingga pecahlah pertempuran, yang dimenangkan pihak Majapahit. Raden Janur melarikan diri ke hutan sambil membawa Mustika Bintang dan tak diketahui lagi nasibnya. Sambas yang kehilangan Raja pun otomatis jatuh ke dalam kekuasaan Majapahit.
  • 1300 M - Aji Batara Agung Dewa Sakti, seorang bangsawan Singhasari yang melarikan diri dari Jawa akibat diburu oleh pengikut Jayakatwang, Raja Kediri yang menaklukkan Singhasari, mendirikan kerajaan Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur. Kerajaan Melanau (Malano) diperkirakan muncul di kawasan sungai Rajang, didirikan oleh suku Dayak Melanau.

Abad 14:


  • 1301 M - Diperkirakan pada tahun ini Melanau mulai melancarkan ekspansi wilayah. Pasukan Melanau dengan cepat dapat menguasai sebagian besar pesisir utara Kalimantan, dari Sarikei di Sarawak hingga Tutong di Brunei. Daerah pedalaman Kapit yang juga dilalui oleh sungai Rajang kemungkinan ikut takluk, termasuk sebagian tanah masyarakat rumpun Iban, Kayan, dan Punan di dalamnya.
  • 1309 M - Raden Japutra Layar naik tahta di Nan Sarunai. Raja Bengawan wafat. Itambu naik tahta menggantikannya sebagai penguasa Tidung.
  • 1310 M - Dara Nante, seorang wanita bangsawan dari Tanjungpura mendirikan kerajaan Sanggau di Labai Lawai. Sementara dua orang pengawalnya dari suku Dayak Mualang, Singa Patih Bardat dan Patih Bangi mendirikan kerajaan Sekadau.
  • 1318 M - Odorico da Pordenone, seorang pendeta Katolik dari Venesia mengunjungi pesisir Kalimantan, kemungkinan singgah di kota-kota pelabuhan seperti Tanjungpura dan Amuntai. Sebelumnya ia telah mengunjungi keraton Majapahit di Jawa Timur.
  • 1320 M - Kutai Kartanegara menyerang tetangganya, Kutai Martadipura, namun gagal.
  • 1325 M - Aji Batara Agung Paduka Nira naik tahta di Kutai Kartanegara.
  • 1329 M - Raden Neno naik tahta di Nan Sarunai. Aji Beruwing Sakti naik tahta di Tidung.
  • 1340 M - Patih Gumantar, seorang pejabat Majapahit yang konon merupakan saudara dari Gajah Mada, mendirikan kerajaan Sidiniang di Mempawah sebagai bawahan Majapahit.
  • 1349 M - Raden Anyan naik tahta di Nan Sarunai bergelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas. Ia menjalankan pemerintahan didampingi istrinya, Ratu Dara Gangsa Tulen.
  • 1350 M - Di bawah perintah Gajah Mada, Majapahit memulai penaklukkan militer terhadap Kalimantan. Landak, Santubong, Melanau, dan Brunei menjadi empat negeri pertama yang jatuh ke dalam kekuasaan imperium tersebut. Serangan Majapahit meruntuhkan kerajaan Santubong, memecahnya menjadi dua negeri bernama Kalaka dan Samarahan. Gajah Mada lalu mengirim telik sandi (mata-mata) ke kerajaan Nan Sarunai. Laksamana Nala, salah satu petinggi militer terkuat Majapahit memasuki Nan Sarunai dengan menyamar sebagai nahkoda kapal dagang bernama Tuan Penayar. Dalam penyamarannya, ia berhasil menemui Raden Anyan dan kagum akan banyaknya barang yang terbuat dari emas murni di negeri itu. Laksamana Nala pun kembali ke Majapahit dan melaporkan hasil pengamatannya kepada Gajah Mada.
  • 1356 M - Invasi Majapahit I terhadap Nan Sarunai. Gajah Mada mengirim armada sejumlah 5000 tentara yang dipimpin oleh Senapati Arya Manggala. Nan Sarunai meminta bantuan Tanjungpuri, yang mengirimkan 1000 orang prajurit pimpinan lima panglima bersaudara, Datu Banua Lima. Pertempuran sengit berlangsung selama dua hari, dan berakhir dengan kemenangan di pihak Nan Sarunai. Arya Manggala tewas terpenggal oleh mandau Panglima Angin, salah satu pimpinan pasukan Nan Sarunai. Majapahit pun terpaksa menarik mundur pasukannya.
  • 1358 M - Invasi Majapahit II terhadap Nan Sarunai. Dengan jumlah armada yang lebih besar yakni 10.000 orang prajurit pimpinan Laksamana Nala, serangan kali ini sukses menaklukkan kerajaan tersebut dan menjadikannya sebagai bagian dari Majapahit. Raden Anyan dan istrinya gugur dalam pertempuran, istana Nan Sarunai dihancurkan. Masyarakat Dayak Maanyan pun terpaksa mengungsi ke pedalaman, secara penuh meninggalkan budaya maritim mereka. Riwayat negeri Nan Sarunai yang telah berusia lebih dari 1600 tahun itu pun berakhir. Armada Jawa lalu lanjut menyerang Tanjungpuri, namun gagal. Akhirnya kedua pihak memutuskan untuk mengadakan perjanjian damai, yang mana Tanjungpuri bersedia menjadi bawahan Majapahit.
  • 1360 M - Aji Maharaja Sultan naik tahta di Kutai Kartanegara. Ia menjalin hubungan persahabatan dengan Kutai Martadipura. Kemudian, didampingi oleh Maharaja Sakti (kakak sulungnya) dan Maharaja Indra Mulya (penguasa Kutai Martadipura), sang Raja mengunjungi keraton Majapahit di Trowulan untuk menimba ilmu tentang adat istiadat dan tata cara pengelolaan pemerintahan kerajaan, untuk diterapkan di negerinya. Di sana mereka dibina langsung oleh Gajah Mada dan Hayam Wuruk. Setelah selesai, para Raja tersebut kembali ke Kutai didampingi seorang Patih Jawa sebagai perwakilan Majapahit di kedua negeri itu. Kehadiran seorang Patih menunjukkan bahwa saat itu wilayah Kutai telah tunduk pada Majapahit, secara sukarela. Di tahun yang sama, Majapahit mendirikan kerajaan Kuripan sebagai bawahan di bekas wilayah Nan Sarunai.
  • 1362 M - Kemungkinan di tahun ini Majapahit menundukkan Berau, Tidung, dan Sulu. Dengan begitu, seluruh pesisir Kalimantan telah berada di bawah kendali Majapahit sepenuhnya. Demong Irawan menjadi penguasa Sepauk, kemudian mengembangkan wilayah itu menjadi sebuah kerajaan bernama Sintang, yang berpusat di Nanga Lawai. Irawan menobatkan diri sebagai Raja dengan gelar Jubair I.
  • 1364 M - Gajah Mada wafat di Majapahit.
  • 1365 M - Puncak kejayaan Majapahit di bawah pemerintahan Prabu Hayam Wuruk.
  • 1368 M - Awang Alak Betatar naik tahta di Brunei.
  • 1369 M - Negeri Sulu di Filipina Selatan memerdekakan diri dari Majapahit, lalu mengirim segerombolan perompak ke Brunei untuk melakukan penjarahan besar-besaran terhadap negeri itu.
  • 1370 M - Majapahit mengirim pasukan untuk mengusir para perompak Sulu dari Brunei, yang berhasil dengan sukses. Tetapi kemudian armada Majapahit meninggalkan Brunei begitu saja, yang menjadi bangkrut dan miskin akibat penjarahan Sulu.
  • 1371 M - Raja Awang Alak Betatar mengirim utusan ke Nanjing untuk meminta Kaisar Ming agar bersedia membantu memerdekakan negerinya dari Majapahit.
  • 1373 M - Pemberontakan tiga kerajaan meletus di Sumatra (Palembang, Dharmasraya, Pagaruyung).
  • 1375 M - Ong Sum Ping, seorang pelarian Cina dari Fujian memimpin pendirian permukiman di sekitar sungai Kinabatangan di Sabah, yang seiring waktu semakin padat. Oleh penduduk Melayu setempat, ia diangkat menjadi pemimpin dengan gelar kehormatan Raja, sementara para rekan sesama pelariannya memberinya gelar Chung Ping (Jenderal). Permukiman ini pun berkembang menjadi suatu pemerintahan yang makmur, yang kemudian menjalin hubungan dengan Brunei. Kemungkinan pada tahun ini Raja Tugau naik tahta di Melanau.
  • 1377 M - Baddit Dipattung mendirikan kerajaan Berau, memerdekakan diri dari Majapahit. Ia menjadi penguasa bergelar Aji Suryanata Kesuma. Ia memimpin penaklukkan kembali terhadap wilayah yang sebelumnya termasuk dalam kekuasaan pendahulunya, kerajaan Tidung. Namun ia hanya dapat menguasai hingga wilayah Lahad Datu, karena Kinabatangan telah dikuasai oleh Ong Sum Ping, dan Kudat berada di bawah kendali Brunei. Di Sumatra, Majapahit memadamkan pemberontakan tiga kerajaan. Pagaruyung merdeka, sementara dua kerajaan lainnya kembali takluk pada Majapahit.
  • 1380 M - Majapahit mengirim pasukan pimpinan Patih Lohgender ke Tanjungpura dalam rangka ekspedisi penaklukkan terhadap negeri-negeri di sepanjang sungai Kapuas. Sanggau dan Sekadau kemungkinan takluk pada tahun ini.
  • 1383 M - Awang Alak Betatar memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Syah. Brunei pun berevolusi menjadi kesultanan. Ia kemudian menikahkan putrinya dengan Ong Sum Ping. Oleh sang Sultan, Ong Sum Ping dianugerahi gelar Pengiran Maharaja Lela. Kinabatangan pun resmi menjadi bawahan Brunei.
  • 1384 M - Sintang takluk pada Majapahit. Pasukan Jawa membawa Demong Nutup, putra Jubair I sebagai tawanan perang. Saudarinya, Dara Juanti menyusul ke Jawa untuk membebaskannya. Saat mendarat di Tuban, sang putri dihadang oleh Patih Lohgender yang kemudian kasmaran kepadanya. Sang Patih pun bersedia membebaskan Demong Nutup. Dara Juanti lalu kembali ke Sintang didampingi kedua pria tersebut.
  • 1385 M - Raja Jubair I menikahkan Dara Juanti dengan Patih Lohgender. Kemungkinan di tahun ini Majapahit menundukkan Selimbau dan Silat. Pihak Majapahit kemudian menghadiahkan beberapa buah keris kepada kedua negeri pedalaman tersebut. Dengan ini, berakhirlah ekspedisi penaklukkan Majapahit terhadap negeri-negeri Kapuas di Kalimantan Barat.
  • 1387 M - Mpu Jatmika mendirikan kerajaan Negara Dipa sebagai bawahan Majapahit. Negeri ini merupakan peleburan dari kerajaan Kuripan dan Tanjungpuri, dengan pusat pemerintahannya terletak di kota Amuntai.
  • 1390 M - Raja Bagindo Ali, seorang pangeran Minangkabau dari kerajaan Pagaruyung tiba di Sulu dan diangkat menjadi penguasa di sana oleh penduduk setempat.
  • 1391 M - Raja Jubair I wafat. Putri Dara Juanti naik tahta menjadi penguasa Sintang menggantikan ayahnya, didampingi oleh Patih Lohgender.
  • 1398 M - Adipati Perbaita Sari (Datuk Merpati), konon seorang pejabat Majapahit yang terusir dari Jawa, diperkirakan tiba di Sarawak pada tahun ini. Sebelumnya ia sempat singgah di Johor, menikah dengan putri dari Raja Jarom, pemimpin daerah tersebut. Sampai di Sarawak, istrinya melahirkan dua orang anak, salah satunya adalah Datuk Merpati Jepang, salah satu tokoh yang dipercaya sebagai leluhur aristokrat Melayu Perabangan di Sarawak saat ini. Mereka pun menetap di sana. Merpati Jepang kemudian diangkat menjadi penguasa di Samarahan setelah menikah dengan putri seorang penguasa setempat.
  • 1400 M - Di Mempawah, Patih Gumantar tewas terpenggal dalam perang kayau melawan suku Dayak Biaju, yang lalu membawa kepalanya sebagai rampasan perang. Akibatnya, kerajaan Sidiniang pun kehilangan kepala pemerintahan. Tanjungpura sebagai atasan Sidiniang kemungkinan mengambil alih pemerintahan di sana, dan menghapus monarki Sidiniang. Teluk Sarunai di Kalimantan Selatan diperkirakan lenyap akibat pendangkalan berkepanjangan.

Abad 15:


  • 1401 M - Brunei memulai ekspedisi perluasan wilayah. Di bawah pimpinan Awang Semaun, Awang Jerambak, dan Pateh Damang Sari, pasukan Brunei menggempur Tutong yang kala itu dipimpin oleh seorang pembesar Melanau bernama Mawangga. Raja Aji Suryanata Kesuma wafat. Aji Nikullan naik tahta menggantikannya sebagai penguasa Berau.
  • 1402 M - Perang Igan. Armada Brunei yang diperkirakan berjumlah ratusan ribu melancarkan serangan besar-besaran terhadap ibukota kerajaan Melanau di Igan (Mukah). Pasukan Melanau yang berjumlah 9000 orang, dipimpin oleh Raja Tugau dan Basiung bertempur habis-habisan melawan gempuran dahsyat Brunei. Perang berakhir dengan runtuhnya kerajaan Melanau dan dianeksasinya wilayah itu ke dalam kekuasaan Brunei. Tak lama kemudian, Sultan Muhammad Syah wafat. Ia pun digantikan oleh putranya yang naik tahta dengan gelar Sultan Abdul Majid Hasan.
  • 1403 M - Setelah berhasil menaklukkan Igan, pasukan Brunei lanjut menyerang dan menduduki sisa-sisa pemerintahan Melanau di sepanjang Batang Rajang.
  • 1405 M - Sayyid Abubakar Abirin, seorang pengelana Arab dari Johor dinobatkan menjadi penguasa Sulu bergelar Sultan Syariful Hasyim, menggantikan Raja Bagindo Ali. Sulu pun berevolusi menjadi kesultanan. 
  • 1407 M - Ekspedisi laut Dinasti Ming pimpinan Laksamana Cheng Ho mengunjungi Asia Tenggara, termasuk negeri-negeri pesisir di Kalimantan. Beberapa puluh orang kru armada laut ini lalu menetap di Sambas, mendirikan permukiman Muslim Hui pertama di daerah itu.
  • 1408 M - Melalui bantuan Ming, Brunei merdeka dari Majapahit. Sultan Abdul Majid Hasan wafat dalam kunjungannya di Tiongkok dan digantikan oleh Pateh Berbai yang naik tahta dengan gelar Sultan Ahmad.
  • 1409 M - Brunei berturut-turut menaklukkan negeri-negeri sekutu Melanau, yakni Kalaka, Samarahan, Sambas, Sanggau, Landak, dan Mempawah. Brunei kemungkinan juga telah menundukkan Sulu dan Berau pada tahun ini.
  • 1419 M - Mpu Jatmika diperkirakan wafat. Lambung Mangkurat, putra kedua Mpu Jatmika mengambil alih kendali pemerintahan Negara Dipa, namun tak mengangkat dirinya sebagai Raja, atas pesan sang ayah. Ia melakukan perluasan wilayah ke daerah Seruyan.
  • 1425 M - Syarif Ali, menantu Sultan Ahmad yang merupakan seorang Arab dari Mekkah dinobatkan menjadi Sultan Brunei menggantikan mertuanya. Ia naik tahta dengan gelar Sultan Berkat.
  • 1429 M - Manggalawardhani Dyah Suragharini, cucu Prabu Wikramawardhana dari Majapahit diangkat menjadi Ratu di Tanjungpura. Kemungkinan pada tahun ini kekuasaan Majapahit di Kalimantan Barat yang diduduki Brunei berhasil dipulihkan kembali. Di Kalimantan Selatan, Lambung Mangkurat mengangkat Putri Junjung Buih (diperkirakan seorang wanita keturunan bangsawan Nan Sarunai dari Amuntai atau Tabalong) sebagai Ratu Negara Dipa menggantikannya. Lambung Mangkurat mendampinginya sebagai Mangkubumi (Perdana Menteri).
  • 1432 M - Pengiran Muda Besar Sulaiman naik tahta di Brunei, bergelar Sultan Sulaiman. Ia diabadikan dalam dua kronik Melayu legendaris, Hikayat Hang Tuah dan Sulalatus Salatin, meskipun tiap kronik tersebut menyebutnya dengan dua nama yang berbeda (Adipati Agung dan Sang Aji Brunei).
  • 1444 M - Atas saran Lambung Mangkurat, Ratu Junjung Buih bersedia menikah dengan Raden Putra (Arya Gegombak Janggala Rajasa), seorang pangeran Majapahit yang kemudian diangkat menjadi penguasa Negara Dipa keempat. Raden Putra naik tahta dengan gelar Maharaja Suryanata, sementara istrinya (dan Lambung Mangkurat) tetap mendampinginya dalam menjalankan roda pemerintahan. Suryanata memperluas wilayah ke pedalaman, melebur pemerintahan Majapahit di Kotawaringin dan Sampit ke dalam kekuasaannya, serta menjadikan Kutai dan Berau sebagai negeri bawahannya.
  • 1449 M - Lambung Mangkurat wafat di Negara Dipa.
  • 1450 M - Peristiwa perebutan tengkorak Patih Gumantar diperkirakan terjadi pada tahun ini, yakni suatu kejadian yang diawali dengan pernikahan Ratu Sang Nata Pulang Pali VII (penguasa Landak) dengan Dara Hitam, putri kandung Patih Gumantar. Sang putri meminta Raja Pulang Pali untuk merebut tengkorak ayahnya dari tangan suku Dayak Biaju. Sang Raja lalu mengutus seorang pemuda bernama Riya Sinir untuk merebutnya, dan berhasil. Namun, Riya Sinir meminta imbalan yakni agar Dara Hitam menjadi pendamping hidupnya. Raja Pulang Pali pun dengan berat hati menyerahkan istrinya itu, lalu berpesan agar anak yang kelak lahir dari rahimnya menggantikannya menjadi penguasa Landak. Dara Hitam pun pergi dengan Riya Sinir, dan tak lama kemudian melahirkan putra yang diberinya nama Raden Ismahayana.
  • 1454 M - Prabu Jaya naik tahta di Tanjungpura.
  • 1464 M - Raden Arya Dewangsa dinobatkan menjadi Raja Negara Dipa, menggantikan ayahnya, Suryanata yang memutuskan untuk pulang kembali ke Majapahit bersama Putri Junjung Buih. Sang pangeran naik tahta dengan gelar Maharaja Carang Lalean.
  • 1472 M - Raden Ismahayana naik tahta di Landak. Ia kemudian memeluk Islam dan berganti nama menjadi Raden Abdul Kahar. Ini membuatnya menjadi penguasa Muslim pertama di negara tersebut. Abdul Kahar lalu memindahkan ibukota kerajaan Landak ke Mungguk Ayu. Raja Bapurung naik tahta di Tanjungpura. 
  • 1478 M - Raden Sakar Sungsang menjadi penguasa Negara Dipa. Ia naik tahta dengan gelar Maharaja Sari Kaburangan. Ia memindahkan pusat pemerintahan ke kota Negara dan mengganti nama kerajaannya menjadi Negara Daha. Berau dan dua kerajaan Kutai kemungkinan memerdekakan diri. Di tahun yang sama, pusat pemerintahan Majapahit di Jawa dikuasai oleh kaum oposisi dari Daha (Kediri).
  • 1485 M - Sultan Bolkiah naik tahta di Brunei. Di bawah kekuasaannya, Brunei mengalami masa kejayaannya. Dayang Mas Ratna naik tahta di Sanggau. Ia menjalankan roda pemerintahan bersama Nurul Kamal, suaminya yang berasal dari Banten.
  • 1487 M - Panembahan Karang Tanjung naik tahta di Tanjungpura. Ia mengganti nama kerajaannya menjadi Sukadana, setelah memindahkan pusat pemerintahan ke sebuah kota yang bernama sama.
  • 1500 M - Brunei melancarkan invasi militer terhadap kerajaan Hindu Tundun (Tondo) di pulau Lusong (Luzon), Filipina Utara. Penyerangan dipimpin langsung oleh Sultan Bolkiah, yang berhasil dengan sukses merebut kota Seludong dan mendirikan koloni yang berpusat di kota tersebut. Sang Sultan menamakannya kesultanan Manila.

Abad 16:


  • 1504 M - Pundong Asap naik tahta di Sukadana dengan gelar Panembahan Sang Ratu Agung.
  • 1511 M - Jatuhnya kota Malaka ke tangan Portugal, menandai titik awal dimulainya kolonialisme Eropa di Nusantara.
  • 1516 M - Ratu Aji Putri Betung dari Tanjungpuri mendirikan kerajaan Paser (Pasir), dengan ibukota pertamanya di Sadurangas.
  • 1518 M - Lorenzo de Gomez dari Portugal mengunjungi Kalimantan. Panembahan Bendala naik tahta di Sukadana.
  • 1519 M - Sukadana menjadi bawahan kesultanan Demak, kadipaten Jawa yang melepaskan diri dari Majapahit akibat perang sipil beberapa dekade sebelumnya. Negeri ini mengklaim sebagai penerus Majapahit yang sah dari garis keturunan wangsa Rajasa. Penaklukkan Sukadana dipimpin langsung oleh penguasanya, Adipati Unus.
  • 1520 M - Pangeran Samudra, seorang putra Raja Negara Daha mendirikan kerajaan Banjar di bandar Patih Masih di tepi sungai Kuin, yang kemudian diganti namanya menjadi kota Banjarmasin. Samudra merupakan putra mahkota yang terusir dari istana karena tahta kerajaan telah diduduki oleh pamannya, Pangeran Tumenggung. Demak menundukkan Landak dan Sambas.
  • 1521 M - Antonio Pigafetta, seorang navigator Italia yang merupakan anggota ekspedisi keliling dunia Spanyol pimpinan Ferdinand Magellan, mengunjungi Brunei dan disambut dengan baik oleh Sultan Bolkiah dan rakyatnya. Ia mungkin merupakan orang Eropa pertama yang berkunjung ke negeri tersebut. Demak menundukkan Labai Lawai dan Sintang, dua wilayah terakhir di Kalimantan Barat yang saat itu masih setia pada Majapahit. Beberapa bangsawan Majapahit yang tengah berada di daerah itu melarikan diri ke pedalaman, menuju kerajaan Selimbau dan Silat.
  • 1522 M - Kerajaan Sarang Paruya diperkirakan muncul di Lamandau, didirikan oleh suku Dayak Tomun. Negeri ini kemudian menjalin hubungan persahabatan dengan kerajaan Pagaruyung melalui jalur pernikahan.
  • 1524 M - Sultan Bolkiah wafat dalam perjalanan pulang ke Brunei dari suatu kunjungan luar negeri. Kedudukannya digantikan oleh Sultan Abdul Kahar. Pangeran Samudra meminta bantuan Demak untuk mengalahkan pamannya. Sultan Trenggana selaku penguasa Demak setuju dengan syarat agar Samudra bersedia memeluk Islam dan menjadikan negerinya sebagai bawahan Demak. Sang pangeran pun menyanggupinya.
  • 1525 M - Demak mengirim armada sejumlah 1000 kapal berisi 40.000 orang prajurit untuk menggempur Negara Daha. Pangeran Tumenggung akhirnya menyerah setelah kalah dalam perang. Ia bersedia menyerahkan Negara Daha sebagai bagian dari Banjar, lalu mengasingkan diri sebagai seorang petapa. Aji Raja Mahkota Mulia Alam naik tahta di Kutai Kartanegara. Raja ini kemudian menjadi penguasa Kutai pertama yang memeluk Islam. Ia diislamkan oleh dua orang ulama dari Makassar bernama Tuan Ri Bandang dan Tunggang Pararang.
  • 1526 M - Pangeran Samudra memeluk Islam, lalu mengganti namanya menjadi Sultan Suriansyah. Banjar pun berubah menjadi kesultanan. Negeri baru ini kemudian melanjutkan penaklukkan terhadap sisa-sisa Negara Daha, termasuk Sarang Paruya ikut takluk pada Banjar. Hikayat Banjar menuliskan bahwa negeri-negeri atas angin (Paser, Kutai, Berau, Sulu) dan bawah angin (Sukadana, Landak, Sambas, Sanggau, Sekadau, Sintang) juga telah menjadi bawahan Banjar sejak masa pemerintahan Suriansyah. Mereka dikabarkan turut serta dalam membantu penaklukkan terhadap Negara Daha setahun sebelumnya. Panembahan Pangeran Anom naik tahta di Sukadana.
  • 1527 M - Di Jawa, Demak menaklukkan pemerintahan terakhir Majapahit di Daha, mengakhiri riwayat kerajaan tersebut.
  • 1530 M - Brunei menjalin hubungan diplomatik dengan Portugal.
  • 1533 M - Sultan Saiful Rizal naik tahta di Brunei.
  • 1534 M - Maharaja Dharma Setia naik tahta di Kutai Martadipura.
  • 1538 M - Panembahan Baruh naik tahta di Sukadana.
  • 1548 M - Banjar dan seluruh negeri bawahannya di Kalimantan memerdekakan diri dari Demak, pasca negeri itu mengalami gejolak politik dan krisis suksesi akibat kematian Sultan Trenggana dalam perang melawan Blambangan di Panarukan, dua tahun sebelumnya.
  • 1550 M - Sultan Suriansyah wafat di Banjar. Sultan Rahmatullah naik tahta menggantikannya. Ratu Sapudak dinobatkan menjadi penguasa Sambas, yang saat itu masih merupakan kerajaan Hindu yang diperintah oleh dinasti Jawa Majapahit.
  • 1555 M - Datuk Mencang, seorang bangsawan Brunei mendirikan kerajaan Bulungan, setelah menjalin persahabatan dengan masyarakat Dayak Kayan yang tinggal di sana. Ia menikahi Asung Luwan, putri keturunan Jauwiru, kepala suku pertama di wilayah tersebut. Negeri ini kemudian menjadi bawahan Berau.
  • 1557 M - Dinasti Tengara berkuasa di Tidung. Amiril Rasyd Gelar Datu Raja Laut naik tahta sebagai Raja pertama dari wangsa ini. Aji Temanggung Barani naik tahta di Berau. Pada masanya, agama Islam mulai berkembang di negeri tersebut.
  • 1565 M - Paser berevolusi menjadi kesultanan Islam.
  • 1567 M - Aji Mas Patih Indra menjadi penguasa Paser.
  • 1569 M - Raja Abang Gani naik tahta di Sanggau. Ia berkuasa dengan gelar Pangeran Adipati Kusumanegara Gani.
  • 1570 M - Sultan Hidayatullah I dinobatkan sebagai Sultan Banjar.
  • 1571 M - Di Luzon, armada Spanyol merebut Manila dari Brunei. Kesultanan kecil itu dihancurkan, dan penduduknya dipaksa berpindah agama oleh para konquistador (penakluk). Mereka kemudian mendirikan kota Manila di atas reruntuhannya, dan menjadikannya sebagai pusat pemerintahan kolonial Spanyol di Filipina.
  • 1578 M - Perang Kastila. Spanyol mengobarkan perang terhadap Brunei. Armada Spanyol pimpinan Francisco de Sande yang bekerjasama dengan dua bangsawan Brunei yang memberontak, Pengiran Seri Lela dan Pengiran Seri Ratna berhasil menaklukkan Kota Batu, ibukota Brunei saat itu. Sultan Saiful Rizal pun terpaksa mengungsi ke Jerudong. Pasukan Spanyol menduduki Kota Batu selama 72 hari, sebelum akhirnya terpaksa mundur kembali akibat serangan balasan dari Brunei, ditambah banyak prajurit mereka yang terserang wabah kolera dan disentri. Brunei pun terselamatkan dari penjajahan Spanyol. Di tahun yang sama, Sulu menjadi negara merdeka kembali.
  • 1579 M - Spanyol melancarkan serangan terhadap Sulu dan Sabah, namun dapat dipukul mundur.
  • 1582 M - Sultan Muhammad Hassan naik tahta di Brunei.
  • 1585 M - Sultan Batara Syah Tangah naik tahta di Sulu.
  • 1590 M - Panembahan Sorgi naik tahta di Sukadana.
  • 1594 M - Datuk Mencang wafat. Posisi penguasa Bulungan digantikan oleh menantunya, Singa Laut.
  • 1595 M - Sultan Mustainbillah naik tahta di Banjar.
  • 1596 M - Spanyol kembali menggempur Sulu, namun dapat dihadang dan diusir oleh Raja Bongsu, Adipati Sulu (putra Sultan Muhammad Hasan). Ekspedisi dagang Belanda pertama ke Nusantara pimpinan Cornelis de Houtman. Saat mengunjungi Banten, mereka merampas dua kapal jung lada milik pedagang Banjarmasin.
  • 1598 M - Sultan Muhammad Hassan wafat. Ia menyerahkan tahta Brunei kepada putra sulungnya, Abdul Jalilul Akbar. Ia ditentang oleh adiknya, Pengiran Muda Tengah yang juga ingin menjadi Sultan. Sang kakak yang bijaksana kemudian menyerahkan wilayah Samarahan kepada adiknya. Di tempat ini, sang adik mendirikan sebuah negara baru bernama kesultanan Sarawak. Ia dinobatkan dengan gelar Sultan Ibrahim Ali Omar Syah, namun kemudian lebih dikenal dengan julukan Sultan Tengah.
  • 1599 M - Sultan Tengah mengadakan kunjungan ke Johor dan Sukadana. Sebelum pergi, ia telah memercayakan pemerintahan kesultanan Sarawak kepada kaum Melayu Perabangan, yakni para keturunan Datuk Merpati Jepang.
  • 1600 M - Untuk ketiga kalinya, Spanyol kembali menyerang Sulu, namun kembali dapat dipukul mundur. Anam Jaya Kesuma naik tahta di Landak. Sultan Tengah mengunjungi Sambas. Ia tiba di Kota Lama dan disambut dengan hangat oleh Ratu Sapudak, yang kemudian mengizinkannya untuk melakukan dakwah penyebaran Islam di negeri Sambas. Tak lama kemudian, Ratu Sapudak wafat. Kedudukannya digantikan oleh keponakannya, Raden Kencana yang naik tahta dengan gelar Ratu Anom Kesumayuda.

Abad 17:


  • 1602 M - Kompeni VOC Belanda tiba di Nusantara.
  • 1604 M - Ratu Mas Zaintan naik tahta di Sukadana. Di tahun yang sama, VOC mendirikan pos dagang di negeri tersebut.
  • 1605 M - Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa naik tahta di Kutai Kartanegara. Ia memimpin penaklukkan terhadap tetangganya, Kutai Martadipura.
  • 1607 M - Suatu ekspedisi dagang Belanda pimpinan Koopman Gillis Michaelszoon mendarat di Banjarmasin. Namun, perangai mereka yang buruk menimbulkan kericuhan yang membuat Sultan Mustainbillah mengirim prajuritnya untuk membunuh mereka. Pembantaian ini juga merupakan balas dendam Banjar atas peristiwa perampasan kapal jung mereka di Banten 11 tahun sebelumnya. Aji Mas Anom Indra naik tahta di Paser.
  • 1609 M - VOC mendirikan pos dagang di Sambas, dan mengadakan perjanjian kerja sama dengan negeri tersebut. Kompeni EIC Inggris mendirikan pos dagang di Sukadana.
  • 1610 M - Perang Kutai berakhir dengan tewasnya Maharaja Dharma Setia. Kerajaan Kutai Martadipura yang telah berusia lebih dari 1200 tahun pun runtuh, dan dileburkan ke dalam pemerintahan Kutai Kartanegara. Panji Mendapa kemudian lanjut memperluas wilayah ke Mahakam Ulu. Raja Kudung mendirikan kerajaan Mempawah di bekas wilayah Sidiniang yang runtuh sekitar 200 tahun sebelumnya. Ia mendirikan pusat pemerintahan di Pekana. Seperti negeri-negeri di Kalimantan Barat lainnya, Mempawah juga menjadi bawahan Sukadana. Tak lama kemudian, Sukadana ditundukkan oleh kerajaan Surabaya dari Jawa Timur.
  • 1612 M - Mendengar utusan mereka terbunuh, VOC mengirim armada untuk menggempur Banjar. Mereka membombardir kota Banjarmasin, menghancurkan keraton Banjar. Serangan ini memaksa Sultan Mustainbillah memindahkan ibukotanya ke Martapura. Raja Bongsu naik tahta di Sulu dengan gelar Sultan Mawalil Wasit. Kompeni EIC Inggris mengirim ekspedisi dagang pertamanya ke Brunei, di bawah pimpinan Sir Hendry Middleton.
  • 1614 M - Raja Abang Basun naik tahta di Sanggau. Ia dinobatkan dengan gelar Pangeran Mangkubumi Pakunegara.
  • 1615 M - Pangeran Dipati Anta Kasuma mendirikan kerajaan Kotawaringin di antara wilayah inti Banjar dengan perbatasan Sukadana. Sementara itu, kota Martapura dan kawasan tenggara Banjar tengah diinvasi oleh pasukan Surabaya yang beraliansi dengan Tuban. EIC mendirikan pos dagang di Banjarmasin.
  • 1620 M - Kutai dan Paser menjadi bawahan kesultanan Makassar (Gowa-Tallo).
  • 1622 M - Kesultanan Mataram dari Yogyakarta, yang kala itu tengah bertempur dengan Surabaya, mengirim armada perang pimpinan Tumenggung Bahurekso untuk menyerang Sukadana yang merupakan bawahan Surabaya. Ratu Mas Zaintan dan pasukannya sempat menahan laju serangan Mataram, namun akhirnya kalah. Sukadana pun takluk pada Mataram. Sang Ratu dapat ditangkap dan dibawa ke Mataram sebagai tawanan perang, sampai wafatnya di sana. Panembahan Giri Kesuma kemudian dilantik sebagai penguasa yang baru. Ia lalu memeluk Islam dengan gelar Sultan Muhammad Syaifuddin. Sukadana pun berubah menjadi kesultanan.
  • 1625 M - Di Jawa, Surabaya takluk pada Mataram setelah perang berkepanjangan. Maka, berakhirlah pendudukan negeri tersebut terhadap Martapura.
  • 1626 M - Produksi lada Banjar meningkat drastis. Kesultanan itu pun menjelma menjadi salah satu negara terkaya di Nusantara saat itu.
  • 1629 M - Sultan Mawalil Wasit di Sulu mengirim ekspedisi militer pimpinan Datu Acheh untuk menyerang beberapa kota pesisir yang telah dikuasai Spanyol di Filipina.
  • 1630 M - Spanyol untuk kesekian kalinya kembali melancarkan serangan terhadap Sulu, namun mereka terpaksa mundur kembali setelah pimpinan mereka, Lorenzo de Olaso berhasil dilukai oleh pihak Sulu. Penguasa Sarawak Sultan Tengah kembali mengunjungi Sukadana. Ia menikah dengan salah satu putri di sana dan menetap selama beberapa tahun.
  • 1631 M - Raden Sulaiman, putra sulung Sultan Tengah dari Sarawak mendirikan kesultanan Sambas, setelah mendapat mandat penyerahan kekuasaan dari penguasa Sambas Hindu terakhir, Ratu Anom Kesumayuda. Kekuasaan dinasti Jawa Majapahit di Sambas pun berakhir dan pemerintahan Sambas kembali dipegang oleh bangsa Melayu. Raden Sulaiman dinobatkan dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin. Ia memerdekakan negerinya dari mandala Banjar, lalu lebih mendekatkan diri dengan kesultanan Melayu seperti Johor, Brunei, dan Sukadana. Negeri-negeri di Kapuas kemungkinan juga ikut lepas dari Banjar. Armada Sulu kembali menyerang kolonial Spanyol, kali ini di pulau Leyte yang merupakan pusat kekuatan Spanyol di kepulauan Visaya. Banjar mengalami ketegangan hubungan dengan Mataram, di mana Banjar melarang orang Mataram untuk datang ataupun sekedar singgah di Banjarmasin, karena dikabarkan bahwa Mataram tengah merencanakan penyerangan terhadap Banjar.
  • 1632 M - Sultan Mawalil Wasit menikahkan putrinya dengan penguasa Maguindanao, Sultan Kudarat. Dua negara Islam di Filipina Selatan itu pun bersatu membentuk Aliansi Dua Kesultanan.
  • 1633 M - Banjar memberikan hak monopoli dagang kepada Makassar.
  • 1635 M - Banjar mengirim utusan ke Batavia untuk meminta bantuan VOC agar bersedia membantu merebut kembali Kutai dan Paser dari hegemoni Makassar, serta untuk mengirim beberapa kapal Belanda ke Martapura untuk menjaganya dari kemungkinan serangan Mataram. Pihak VOC setuju dengan syarat diperbolehkan mendirikan pos dagang di kota tersebut.
  • 1636 M - Kutai dan Paser resmi menjadi bawahan Banjar kembali, melalui bantuan VOC.
  • 1638 M - Perang anti VOC meletus di Banjar. Pasukan Banjar membunuh sebanyak 108 orang Belanda dan 21 orang Jepang, serta membakar loji VOC di Martapura dan menghancurkan kapal-kapal kompeni tersebut. Peristiwa ini disebabkan oleh sikap VOC yang memaksakan monopoli dagang dan melarang bangsa lain untuk berdagang dengan Banjar. Hal ini menimbulkan kemarahan Sultan Mustainbillah yang lalu mengobarkan perang tersebut. VOC yang sangat terpukul pun terpaksa angkat kaki dari Banjar. Kutai dan Paser kembali berada di bawah pengaruh Makassar, bersama dengan Sulu dan Berau (termasuk Bulungan-Tidung). Gubernur Jenderal Spanyol di Manila, Sebastian Hurtado de Corcuera memimpin penyerangan terhadap pulau Jolo di Sulu. Armada Spanyol sempat ditahan oleh pasukan Sultan Wasit, namun kemudian dapat menguasai pulau itu dengan mudahnya setelah Sultan Wasit dan pasukannya terpaksa mundur ke Tawi-Tawi akibat suatu wabah yang melemahkan mereka.
  • 1640 M - Sultan Mawalil Wasit wafat. Nasiruddin naik tahta sebagai Sultan Sulu menggantikannya. Pangeran Agung naik tahta di Sintang.
  • 1641 M - Ketegangan antara Banjar-Mataram mereda. Kedua negara akhirnya menjalin hubungan persahabatan. Banjar mengirim dua orang utusan dengan 500 orang pengiring untuk mengunjungi keraton Mataram dan menetap selama setahun di sana. Mereka juga membawa intan Si Misim sebagai hadiah persembahan untuk Sultan Mataram. Kemungkinan di tahun ini Banjar telah menaklukkan wilayah Dayak Besar dan Dayak Kecil di pedalaman. Setelah tinggal di Sukadana selama 11 tahun, Sultan Tengah akhirnya memutuskan untuk kembali ke Sarawak. Namun, dalam perjalanan pulang di daerah Batu Buaya di Santubong, ia tewas dibunuh oleh seorang pengikutnya, karena alasan yang belum diketahui. Karena maksud tertentu, putranya tak diangkat sebagai penggantinya. Alhasil, pemerintahan Sarawak pun diserahkan kepada Brunei, menyatukan kedua negeri itu kembali.
  • 1642 M - Sultan Mustainbillah wafat. Ratu Agung naik tahta di Banjar bergelar Sultan Inayatullah.
  • 1644 M - Aji Dilayas naik tahta di Berau. Sulu meminta bantuan VOC di Batavia untuk bekerja sama mengusir Spanyol dari negerinya. Pasukan aliansi Sulu-Belanda pimpinan Pangiran Salikula ini pun membombardir benteng-benteng Spanyol di Jolo.
  • 1646 M - Perjanjian damai antara pemerintahan kolonial Spanyol dengan kesultanan Sulu, dimana Spanyol bersedia menarik mundur pasukannya dari Sulu dan mengakui kedaulatan negeri tersebut.
  • 1647 M - Sultan Saidullah naik tahta di Banjar.
  • 1658 M - Abang Bungsu, seorang bangsawan dari kerajaan Silat dinobatkan menjadi penguasa Sanggau. Ia naik tahta dengan gelar Sultan Mohammad Jamaluddin Kusumanegara. Kerajaan Sanggau pun resmi berubah menjadi kesultanan. Sang Sultan memindahkan pusat pemerintahan dari Mengkiang ke Kota Sanggau. Ia juga pernah melakukan kunjungan kenegaraaan ke kesultanan Cirebon di Jawa Barat, dan mendapatkan hadiah berupa tiga buah meriam dari Sultan Cirebon. Sultan Salahuddin Karamat Bakhtiar naik tahta di Sulu.
  • 1660 M - Perang saudara melanda Brunei. Dimulai dari terbunuhnya Sultan Brunei saat itu, Muhammad Ali di tangan Abdul Hakkul Mubin yang berambisi menjadi penguasa. Ia ditentang oleh cucu sang Sultan, Muhyiddin. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Kemungkinan pada tahun inilah, tokoh legendaris Putri Santubong dan Putri Sejinjang (serta 7 orang saudara mereka) yang merupakan bangsawan Brunei, mengungsi ke kawasan Santubong di Sarawak, alasannya mungkin akibat perang saudara yang melanda tanah air mereka ini. Putri Santubong dan Sejinjang menetap di sana dan diangkat menjadi penguasa, sementara ketujuh saudara mereka melanjutkan perjalanan ke pulau Pinang di selat Malaka. Pangeran Ratu naik tahta di Banjar bergelar Sultan Rakyatullah. Ia mengadakan hubungan diplomatik dengan negeri-negeri di Nusa Tenggara, di antaranya kerajaan Selaparang, Sumbawa, dan Bima. Rakyatullah juga mengadakan perjanjian damai dengan VOC, dan memperbolehkan kompeni itu untuk kembali mendirikan kantor dagang di Martapura. Pangeran Dipati Tuha mendirikan kerajaan Tanah Bumbu sebagai bawahan Banjar.
  • 1661 M - Sukadana berganti menjadi bawahan Banten setelah negeri itu mengirim armada besar untuk menaklukkannya. Banten juga menaklukkan Landak dan Mempawah.
  • 1663 M - Kemelut politik melanda istana Banjar. Melalui bantuan masyarakat Dayak Ngaju, Raden Kasuma Lalana merebut tahta Banjar dari Sultan Rakyatullah. Kasuma Lalana naik tahta dengan gelar Sultan Agung, namun lebih dikenal dengan nama Pangeran Suryanata II. Ia memindahkan ibukota negaranya kembali ke Banjarmasin.
  • 1665 M - Gusti Jakur Kencana naik tahta di Sukadana dengan gelar Sultan Muhammad Zainuddin. Ia mengganti nama negerinya menjadi kesultanan Matan. Suryanata II meminta VOC agar bersedia menutup lojinya di Banjar dan memerintahkan para pegawainya yang masih berada di Martapura untuk segera kembali ke Batavia. VOC pun untuk sementara kembali terusir dari Banjar.
  • 1666 M - Di Sulawesi, Makassar digempur oleh armada VOC yang bekerjasama dengan Bone dan Ambon, serta beberapa negeri bawahan Makassar yang ingin memerdekakan diri. Perang Makassar pun dimulai.
  • 1667 M - Perjanjian Bungaya. Makassar kalah dalam perang melawan VOC. Negeri-negeri di Kalimantan yang sebelumnya berada di bawah naungan Makassar pun melepaskan diri, menjadi negara merdeka kembali. Makassar juga diharuskan menyerahkan monopoli dagang hanya kepada VOC.
  • 1668 M - Sultan Muhammad Syafiuddin wafat di Sambas. Raden Bima naik tahta menggantikan ayahnya tersebut dengan gelar Sultan Muhammad Tajuddin. La Mohang Daeng Mangkona, seorang pelarian perang dari Sulawesi mendirikan kota Samarinda di Kutai Kartanegara.
  • 1669 M - Imperium Makassar sepenuhnya runtuh setelah VOC menaklukkan kota Makassar.
  • 1671 M - VOC mengirim armada pimpinan Paulus de Cock ke Kutai dan Berau untuk menjalin hubungan dagang dengan kedua negara tersebut, namun tak berhasil.
  • 1673 M - Perang sipil Brunei berakhir dengan kemenangan kubu Muhyiddin. Abdul Hakkul Mubin yang terdesak melarikan diri ke Sabah dan mendirikan pemerintahan darurat di sana. Muhyiddin meminta bantuan kesultanan Sulu untuk memburu musuhnya tersebut. Pasukan Sulu pun berhasil menangkap dan membunuh Abdul Hakkul Mubin. Sebagai imbalan, Muhyiddin menghadiahkan wilayah Sabah timur kepada Sulu. Dualisme kepemimpinan di Berau. Negeri itu dibagi menjadi dua, masing-masing kepada Aji Pangeran Tua di selatan dan Aji Pangeran Dipati di utara. Keduanya merupakan putra Aji Dilayas yang sama-sama ingin menjadi Raja Berau. Kemungkinan Sulu memanfaatkan situasi ini untuk merebut Tidung dan Bulungan.
  • 1679 M - Banjar kembali dilanda perebutan tahta. Amrullah Bagus Kasuma, putra mahkota yang seharusnya berhak untuk menduduki tahta Banjar sejak tahun 1663, mengkudeta Sultan Agung yang merupakan pamannya sendiri. Ia pun dinobatkan menjadi penguasa Banjar dengan gelar Sultan Tahlilullah. Ia memindahkan pusat pemerintahan ke Kayu Tangi.
  • 1680 M - Panembahan Senggaok naik tahta di Mempawah. Ia memindahkan ibukota kerajaan ke daerah Senggaok di hulu sungai Mempawah.
  • 1682 M - Pusat pemerintahan Banten di Jawa Barat ditaklukkan VOC. Landak, Matan, dan Mempawah kemungkinan besar memerdekakan diri.
  • 1686 M - Ratu Agung naik tahta di Kutai Kartanegara sebagai wanita pertama yang memimpin kerajaan tersebut.
  • 1690 M - Sultan Nasruddin naik tahta di Brunei. Ia mengangkat seorang bangsawan pengelana asal Pagaruyung bernama Dato Godam sebagai penasihatnya, kemudian memberinya tanah di kawasan sungai Saribas. Di tempat inilah, Dato Godam mendirikan kerajaan Saribas. Negeri ini berdampingan dengan kerajaan Kalaka yang kala itu diperintah bersama oleh dua orang putri bernama Dayang Hubu dan Dayang Ruku. Sultan Mohammad Jamaluddin wafat di Sanggau. Abang Saka, putra sulungnya naik tahta menggantikannya dengan gelar Sultan Akhmad Kamaruddin. Dalam mengelola pemerintahan, ia dibantu oleh adiknya, Panembahan Ratu Surya Negara.
  • 1700 M - Landak menyatakan perang terhadap Matan, akibat konflik perebutan pusaka Intan Kobi peninggalan Ratu Mas Zaintan. Melalui bantuan Banten dan VOC, Landak berhasil menaklukkan Matan. Berau kembali bersatu setelah Aji Pangeran Tua dan Aji Pangeran Dipati sepakat agar pemerintahan Berau diisi oleh tiap keturunan mereka secara bergantian. Sultan Hamidullah naik tahta di Banjar. Pangeran Mangu naik tahta di Tanah Bumbu.

Abad 18:


  • 1701 M - Perang Banjar-Inggris I. Ketegangan memuncak antara kompeni EIC dengan kesultanan Banjar. Pertempuran pun tak terhindarkan, dan diakhiri dengan kemenangan pihak Inggris. Kota Banjarmasin jatuh ke dalam kekuasaan EIC. Pihak kompeni mendirikan tempat penjagaan di muara sungai Barito untuk mengawasi jalannya perdagangan lada.
  • 1703 M - Aji Muhammad Alamsyah naik tahta di Paser. Ia dinobatkan dengan gelar Sultan, otomatis mengubah Paser menjadi sebuah kesultanan.
  • 1704 M - Sultan Badaruddin naik tahta di Sulu.
  • 1705 M - Sultan Hussin Kamaluddin naik tahta di Brunei.
  • 1707 M - Perang Banjar-Inggris II. Penduduk Banjar melancarkan penyerangan mendadak terhadap permukiman pedagang EIC di Banjarmasin, menewaskan banyak orang Inggris yang ada di sana. Akibatnya, EIC diperkirakan mengalami kerugian sebesar 50.000 dolar. Kompeni ini pun terpaksa angkat kaki dari Banjarmasin.
  • 1708 M - Sultan Umar Akamuddin I naik tahta di Sambas.
  • 1710 M - Dato Godam kembali ke Pagaruyung. Sebelumnya ia telah menyerahkan tampuk pemerintahan Saribas kepada putra sulungnya, Dato Menteri Uban.
  • 1715 M - Pangeran Tunggal naik tahta di Sintang. Ia melakukan perluasan wilayah ke Dedai, Kayan, dan Kelam Permai.
  • 1720 M - Muhammad Hasanuddin naik tahta di Berau sebagai penguasa pertama yang menggunakan gelar Sultan. Dengan demikian, Berau pun resmi menjadi sebuah kesultanan. Di Filipina, Sulu beraliansi dengan VOC dan Maguindanao menggempur Benteng Pilar, pusat kekuasaan Spanyol di kota Zamboanga, namun mengalami kegagalan.
  • 1724 M - Sultan Muhammad Muazuddin naik tahta di Matan.
  • 1725 M - Raden Paruba naik tahta di Sintang. Ia menjadi penguasa Hindu terakhir di kerajaan tersebut, sebelum ia sendiri akhirnya memeluk Islam tepat sebelum wafat.
  • 1726 M - La Madukelleng, seorang bangsawan Wajo yang merupakan menantu Sultan Aji Muhammad Alamsyah, dinobatkan menjadi penguasa Paser.
  • 1730 M - Adi Nata naik tahta di Sintang dengan gelar Sultan Nata Muhammad Syamsuddin Saadul Khairiwaddin. Sintang pun resmi berubah menjadi kesultanan. Sang Sultan melakukan ekspansi perluasan wilayah dari Ketungau di utara sampai Serawai dan Ambalau di timur. Sultan Muhammad Alauddin naik tahta di Brunei.
  • 1731 M - Wira Amir naik tahta di Bulungan dengan gelar Sultan Amiril Mukminin. Bulungan pun berevolusi menjadi kesultanan. Amiril Pengiran Dipati II dinobatkan sebagai penguasa Tidung.
  • 1732 M - Kutai Kartanegara memindahkan ibukotanya dari Kutai Lama ke Pemarangan.
  • 1733 M - Seorang panglima perang asal Paser di bawah perintah La Madukelleng melancarkan penyerangan terhadap Banjarmasin, namun dapat dipatahkan.
  • 1734 M - Sultan Sepuh (Tamjidullah I) naik tahta di Banjar. Ia kembali membuka hubungan dengan VOC dan memperbolehkan mereka untuk kembali mendirikan pos dagang dan benteng di Banjarmasin. Puana Dekke mendirikan kerajaan Pagatan di Tanah Kusan sebagai bawahan Banjar.
  • 1735 M - Aji Muhammad Idris dinobatkan menjadi penguasa Kutai. Ia naik tahta dengan gelar Sultan. Kutai Kartanegara pun resmi berubah menjadi kesultanan. Sang Sultan kemudian menikah dengan putri penguasa Paser, La Madukelleng, membuat negerinya menjadi bawahan Paser.
  • 1736 M - La Madukelleng kembali ke Wajo untuk membantu mempertahankan tanah airnya itu dari gempuran Bone dan VOC. Ia kembali bersama dengan Sultan Aji Muhammad Idris dan pasukannya dari Kutai, Puana Dekke dari Pagatan, serta beberapa bantuan prajurit dari Johor dan persenjataan dari Inggris. Pemerintahan Paser diserahkan kembali kepada penguasa lokal. Kutai, Tanah Bumbu, Pagatan, dan Pulau Laut pun turut terlepas dari pengaruh negeri itu.
  • 1737 M - Sultan Aman naik tahta di Sintang. Hussin Kamaluddin kembali dilantik menjadi Sultan Brunei.
  • 1738 M - Sultan Sepuh Alamsyah naik tahta di Paser.
  • 1739 M - Sultan Aji Muhammad Idris gugur dalam pertempuran melawan VOC di Wajo. Tahta kesultanan Kutai diduduki oleh Aji Kado, yang menobatkan dirinya dengan gelar Sultan Aji Muhammad Aliyeddin. Putra mahkota yang sah, Aji Imbut yang masih kecil diungsikan ke Wajo untuk menghindari konflik.
  • 1740 M - Opu Daeng Menambun, seorang bangsawan Bugis dilantik menjadi penguasa Mempawah. Ia memakai gelar Pangeran Mas Surya Negara. Pada masa pemerintahannya, agama Islam mulai berkembang pesat. Ia juga mulai mendatangkan orang-orang dari Cina untuk mengerjakan tambang emas yang banyak terdapat di negerinya. Kebijakan ini kemudian turut diikuti oleh Sambas dan Brunei. Ratu Mas naik tahta di Tanah Bumbu. Sultan Omar Ali Saifuddin I naik tahta di Brunei.
  • 1742 M - Syarif Abdurrahman Alkadrie lahir di Mempawah. Ia merupakan putra seorang pedagang Arab dengan putri Dayak, yang kelak menjadi seorang tokoh penting dalam beberapa dekade ke depan.
  • 1747 M - Banjar menyerahkan kota Banjarmasin bagian barat kepada VOC, yang lalu mendirikan sebuah benteng di pulau Tatas.
  • 1750 M - Seperti Mempawah, penguasa Sambas Sultan Abubakar Kamaluddin juga turut mendatangkan buruh dari Cina untuk mengerjakan pertambangan emas yang banyak terdapat di daerah Monterado (Montraduk), Seminis, dan Lara. Sebagian hasil tambang akan diserahkan kepada Sultan Sambas, sementara sisanya dijadikan upah bagi para pekerja tersebut.
  • 1756 M - Melalui bantuan VOC, Banjar berturut-turut menaklukkan kembali wilayah yang sebelumnya telah melepaskan diri, yakni Berau, Kutai, Paser, Sanggau, Sintang, dan Lawai (Melawi/Pinoh).
  • 1759 M - Sultan Muhammadillah naik tahta di Banjar.
  • 1761 M - Opu Daeng Menambun wafat. Gusti Jamiril naik tahta menjadi Raja Mempawah menggantikannya. Alexander Dalrymple, seorang pejabat EIC Inggris mengadakan perjanjian dengan Sulu dimana EIC mendapatkan pulau Balambangan di ujung utara Kalimantan dari kesultanan tersebut. Sultan Muhammadillah wafat di Banjar. Pangeran Nata Mangkubumi ditunjuk sebagai Wali Sultan Banjar menggantikan Muhammadillah, yang merupakan sepupunya sendiri.
  • 1762 M - Pangeran Nata Mangkubumi resmi dinobatkan menjadi Sultan Banjar, dengan gelar Sultan Akamuddin Saidullah. Sementara saudaranya, Pangeran Prabujaya dilantik menjadi Mangkubumi (kepala pemerintahan). Umar Akamuddin I naik tahta di Sambas. Sultan Muhammad Jamaluddin naik tahta di Matan. Ia memindahkan ibukota negaranya ke Simpang.
  • 1764 M - Sambas kembali mendatangkan lebih banyak orang Cina sebagai pekerja tambang menyusul semakin banyaknya tambang emas baru yang ditemukan di negeri tersebut.
  • 1765 M - Amiril Pengiran Maharajadinda Bertanduk naik tahta di Tidung.
  • 1766 M - Ibrahim Alam Syah naik tahta di Paser.
  • 1767 M - Jumlah buruh Cina yang bekerja di berbagai tambang emas Sambas melonjak hingga mencapai belasan ribu orang.
  • 1768 M - Sambas, Mempawah, dan kepulauan Karimata jatuh ke dalam pengaruh kesultanan Siak Sri Indrapura pimpinan Tengku Ismail yang kala itu tengah menguasai perairan di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, hingga Selat Karimata. Ibukota Landak berpindah ke Ngabang.
  • 1770 M - Orang-orang Cina yang menjadi pekerja tambang emas di Sambas dan Mempawah mendirikan kongsi dagang Thaikong (Fosjoen) dan Lanfang, serta beberapa kongsi kecil lain yang menjadi bawahan keduanya, salah satunya bernama Samtiaokiu. Mereka mendapatkan hak otonomi dan tetap diwajibkan membayar upeti, masing-masing terhadap Sultan Sambas dan Mempawah.
  • 1771 M - Syarif Abdurrahman Alkadrie mendirikan kesultanan Pontianak (Kadriah).
  • 1772 M - Sayyid Idrus dari Yaman mendirikan kesultanan Kubu. Ia dinobatkan sebagai Raja pertamanya dengan gelar Tuan Besar Raja Kubu. Di Banjar, Sultan Akamuddin Saidullah mengganti nama gelarnya menjadi Sunan Nata Alam.
  • 1774 M - Ketegangan memuncak akibat persaingan yang tidak sehat antara kongsi Thaikong dan Lanfang. Akibatnya, pecah perang yang dimenangkan oleh pihak Thaikong. Kongsi Lanfang pun bubar.
  • 1777 M - Lo Fang Pak, seorang perantau Hakka dari daratan Cina tiba di Sambas dan menghidupkan kembali kongsi dagang Lanfang. Untuk mencegah terjadinya konflik dengan Thaikong, ia memindahkan pemerintahan kongsi tersebut ke Mandor di Landak. Kongsi ini lepas dari Sambas dan berganti menjadi bawahan Mempawah.
  • 1778 M - Syarif Abdurrahman Alkadrie resmi dinobatkan menjadi Sultan Pontianak, dengan disaksikan oleh beberapa penguasa Melayu seperti Siak, Sukadana, Kubu, Landak, Mempawah, Sambas, dan Banjar. Sultan Abdurrahman kemudian memimpin penaklukkan terhadap Sanggau. Di tahun yang sama, Landak dan Sukadana (yang telah terpecah dua menjadi Simpang dan Matan) resmi menjadi bawahan VOC. Awal konflik perebutan tahta di kesultanan Kutai. Aji Imbut yang telah dewasa kembali ke Kutai untuk menuntut haknya sebagai Sultan Kutai yang sah. Dengan mendirikan pemerintahan darurat di Mangkujenang, Aji Imbut mulai mengadakan perlawanan terhadap pusat pemerintahan Aji Kado di Pemarangan, di antaranya dengan meminta bantuan para perompak dari Sulu untuk melancarkan penyerangan dan pembajakan terhadap Pemarangan. Aji Kado meminta bantuan VOC, namun tak dipenuhi.
  • 1779 M - VOC berhasil membujuk Sultan Abdurrahman Alkadrie agar bersedia menjadi bawahannya. Kesultanan Pontianak yang masih belia pun resmi menjadi bawahan VOC. Di Martapura, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menyelesaikan penulisan kitab Sabilal Muhtadin, sebuah kitab yang menerangkan tentang ilmu fikih dalam Madzhab Syafi'i.
  • 1780 M - Konflik perebutan tahta di Kutai resmi berakhir setelah Aji Imbut berhasil merebut kembali kota Pemarangan dan melengserkan Aji Kado. Aji Imbut pun dinobatkan sebagai Sultan Kutai bergelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin. Ia menjatuhkan hukuman mati kepada Aji Kado. Kerajaan Tayan dan Meliau berdiri sebagai bawahan Sanggau. Ratu Mas wafat. Kerajaan Tanah Bumbu kemudian dipecah menjadi beberapa kepangeranan, yakni Bangkalaan (termasuk Sampanahan, Manunggul dan Cengal), Cantung (termasuk Batulicin), dan Buntar Laut.
  • 1782 M - Aji Imbut memindahkan ibukota kesultanan Kutai ke Tepian Pandan. Kota ini kelak berganti nama menjadi Tangga Arung, yang seiring waktu kemudian lebih dikenal sebagai Tenggarong. 
  • 1785 M - Pemberontakan Pangeran Amir di Banjar. Ia merupakan pewaris tahta yang sah, karena merupakan putra bungsu dari Sultan Muhammadillah. Sebelumnya, kedua saudaranya telah dibunuh oleh Sunan Nata Alam yang tak menginginkan para putra Muhammadillah menjadi penguasa Banjar. Pangeran Amir mendapatkan bantuan sejumlah 3000 orang laskar Bugis dari pamannya, Arung Tarawe di Paser. Mereka menggempur kota Martapura, namun dapat dipukul mundur oleh pihak Banjar dengan bantuan VOC.
  • 1786 M - Gagal menguasai Martapura, Pangeran Amir pun mundur ke Tanah Bumbu. Di sana, ia mendirikan kerajaan Kusan. Pagatan yang bertetangga dengan kerajaan ini kemudian menyatakan bergabung dalam pemerintahan Pangeran Amir. Di Kalimantan Barat, Pontianak yang telah di bawah pengaruh VOC melancarkan penaklukkan terhadap Kubu, Simpang, dan Matan.
  • 1787 M - VOC berhasil menangkap Pangeran Amir dan membuangnya ke Sri Lanka (saat itu masih termasuk dalam koloni VOC Belanda). Sunan Nata Alam kemudian menandatangani perjanjian dengan VOC berupa penyerahan wilayah atas angin (Paser, Kutai, Berau), bawah angin (Kotawaringin, Lawai), dan negeri-negeri Tanah Bumbu di tenggara, serta Barito Kuala. Kontrak ini berlangsung hingga 10 tahun berikutnya. Meski perjanjian ini terlihat merugikan bagi Banjar, namun sesungguhnya ini merupakan sebuah sandiwara politik yang tengah dilakukan oleh Sunan Nata Alam untuk mempermainkan VOC. Di tahun yang sama, Pontianak menaklukkan Mempawah. Lanfang yang merupakan bawahan Mempawah pun turut jatuh ke tangan Pontianak.
  • 1789 M - Pontianak bekerjasama dengan Lanfang melancarkan penaklukkan terhadap Sanggau dan negeri-negeri bawahannya.
  • 1792 M - Pangeran Ratu Anom Kasuma Yudha naik tahta di Kotawaringin.
  • 1793 M - Kedekatan hubungan antara Lo Fang Pak dengan Sultan Abdurrahman Alkadrie membuat kongsi tersebut mendapatkan otonomi khusus dibawah naungan Pontianak.
  • 1795 M - Siak menggempur Kubu, menewaskan Tuan Besar Raja Kubu. Putra mahkota Syarif Muhammad naik tahta menggantikannya sebagai Sultan Kubu. Sultan Muhammad Tajuddin naik tahta di Brunei.
  • 1797 M - VOC melakukan kontrak dengan Banjar untuk menyerahkan kembali wilayah bawahan Banjar yang sebelumnya telah diambil oleh kompeni tersebut. VOC menyatakan kekecewaannya atas kontrak tahun 1787 yang sangat jauh dari ekspektasi mereka akan keuntungan yang besar, namun justru sangat merugikan kongsi dagang itu. VOC yang seharusnya mendapatkan monopoli lada justru sama sekali tak mendapatkannya karena seluruh tanaman lada telah dimusnahkan oleh Sunan Nata Alam. Kapal-kapal Belanda yang datang untuk berdagang juga sama sekali tak mendapat untung karena mereka selalu diserang oleh gerombolan lanun (bajak laut), yang merupakan suruhan Sunan Nata Alam. Peristiwa ini membuat VOC sangat terpukul, karena mengakibatkan kemerosotan ekonomi yang sangat tajam. Belanda telah diperdaya oleh Banjar.
  • 1800 M - Pembubaran kompeni VOC, akibat kombinasi faktor korupsi dan kebangkrutan yang parah. Seluruh koloni kongsi dagang tersebut kemudian sepenuhnya diambil alih oleh pemerintah Belanda. Abang Jembu mendirikan kerajaan Jongkong sebagai bawahan Selimbau. Kemungkinan di tahun ini Selimbau telah menundukkan Silat.

Abad 19:


  • 1801 M - Sunan Nata Alam wafat di Banjar. Sultan Sulaiman Saidullah II naik tahta menggantikannya.
  • 1804 M - Sultan Muhammad Jamalul Alam naik tahta di Brunei.
  • 1806 M - Keraton Banjar diganti namanya dari Bumi Kencana menjadi Bumi Selamat.
  • 1807 M - Sultan Muhammad Kanzul Alam naik tahta di Brunei.
  • 1808 M - Sultan Abdurrahman Alkadrie wafat. Syarif Kasim Alkadrie naik tahta sebagai Sultan Pontianak kedua menggantikannya. Ia mempererat hubungan kerja sama dengan Belanda dan Inggris.
  • 1809 M - Gubernur Jenderal Hindia Belanda pertama, Herman Willem Daendels melepaskan kekuasaan Belanda di Banjarmasin demi memperkuat kedudukannya di Jawa. Ia menukar benteng di Tatas dan Tabanio dengan intan 26 karat milik Sultan Banjar.
  • 1810 M - Armada Inggris menduduki Banjarmasin. Puncak konflik perebutan tahta di Berau berujung pada terpecahnya negeri itu menjadi dua kesultanan independen, yakni Gunung Tabur dan Sambaliung.
  • 1811 M - Di Jawa, Batavia takluk pada Inggris. Belanda yang kalah perang bersedia menyerahkan seluruh jajahannya di Nusantara kepada Inggris. Zaman penjajahan Inggris pun dimulai. Sultan Ibrahim Alamsyah naik tahta di Paser.
  • 1812 M - Armada Inggris dibawah pimpinan Thomas Stamford Raffles menyerang Sambas, namun berhasil dipukul mundur. Alexander Hare diangkat sebagai wakil Inggris di Banjar. Ia mendapatkan sebagian wilayah Tanah Laut (Maluka, Liang Anggang, Kurau, Pulau Lampai, dan Pulau Sari) dari Sultan Banjar dan membangun markas di sana sebagai basis kolonial Inggris di Kalimantan Selatan. Namun dalam perkembangannya Hare justru menjadikan tempat itu sebagai rumah pribadinya, di mana ia menghabiskan banyak waktunya hanya bersama para haremnya, tanpa mengurus pemerintahan Inggris yang telah diwakilkan padanya.
  • 1813 M - Panembahan Adi mendirikan kerajaan Bunut sebagai bawahan Selimbau.
  • 1814 M - Pusat pemerintahan Kotawaringin dipindahkan dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun. Sultan Muhammad Ali Syaifuddin naik tahta di Sambas.
  • 1815 M - Erupsi dahsyat Gunung Tambora di Sumbawa. Perang Napoleon berakhir dan Inggris bersedia menyerahkan kembali wilayah di Nusantara yang sebelumnya merupakan koloni Belanda. Sultan Mahmud Han Alamsyah naik tahta di Paser.
  • 1816 M - Penyerahan kekuasaan dari Inggris kepada Belanda. Belanda pun secara resmi kembali menjadi penguasa di Hindia Belanda. Baron van der Capellen dilantik menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Aji Muhammad Salehuddin naik tahta di Kutai.
  • 1817 M - Sultan Banjar menandatangani persetujuan Karang Intan yang berisi penyerahan wilayah Dayak Besar dan Dayak Kecil kepada Hindia Belanda. Namun pelaksanaan perjanjian ini baru diadakan beberapa tahun kemudian. Pangeran Imanudin naik tahta di Kotawaringin.
  • 1819 M - Sultan Syarif Usman Alkadrie naik tahta di Pontianak.
  • 1822 M - Perang Kongsi I berkobar di Kalimantan Barat. Konflik politik antara kongsi Thaikong dengan kongsi Samtiaokiu yang ingin memperluas wilayah. Samtiaokiu meminta bantuan Belanda dan Sambas. Kongsi tersebut kemudian menjadi bawahan Belanda.
  • 1823 M - Persetujuan Karang Intan II antara Banjar dan Belanda, berupa penyerahan Kuin, Kutai, Berau, Pulau Laut, Pasir, Tabonio, Pegatan dan Sampit kepada Hindia Belanda. Sama halnya dengan kontrak pertama, perjanjian ini juga baru dilaksanakan beberapa tahun kemudian. Hindia Belanda melakukan kontrak dagang dan politik dengan Selimbau, yang menegaskan kedaulatan Selimbau atas seluruh wilayah Kapuas Hulu. Kiai Adipati Riyang mendirikan kerajaan Piasak sebagai bawahan Selimbau. Ia dinobatkan dengan gelar Pangeran Arak Berigang. Sukadana (Simpang dan Matan) yang sebelumnya tunduk pada Pontianak berganti menjadi bawahan langsung Hindia Belanda. Di Sambas, aliansi pasukan Belanda-Samtiaokiu menggempur Monterado, pusat pemerintahan kongsi Thaikong. Daerah di utara Monterado (termasuk Singkawang) kemudian diserahkan kepada kongsi Samtiaokiu.
  • 1824 M - Penandatanganan Traktat London antara Inggris dan Belanda yang membagi wilayah kolonialisme mereka di Nusantara.
  • 1825 M - Sultan Adam al-Watsiq Billah naik tahta di Banjar. Negeri-negeri kepangeranan di Tanah Bumbu resmi menjadi bawahan Hindia Belanda.
  • 1826 M - Pelaksanaan perjanjian Karang Intan I dan II. Seluruh wilayah bawahan Banjar diserahkan kepada Hindia Belanda, sementara negara Banjar itu sendiri juga menjadi bawahan kolonial Eropa tersebut. Perjanjian juga berisi ketentuan bahwa pelantikan Mangkubumi harus disetujui oleh Belanda, serta pembagian pajak penjualan intan antara pemerintah Belanda dengan Banjar. Namun pada kenyataannya, Sintang, Paser, Kutai, serta Sambaliung dan Gunung Tabur belum menyatakan takluk pada Belanda.
  • 1828 M - Sultan Omar Ali Saifuddin II naik tahta di Brunei.
  • 1830 M - Van den Bosch dilantik sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Ia mulai menerapkan tanam paksa dan mendirikan KNIL sebagai kesatuan tentara resmi Hindia Belanda. Raja Alam naik tahta di Sambaliung.
  • 1834 M - Sambaliung dan Gunung Tabur takluk pada Belanda. Raja Alam sempat melancarkan perlawanan, namun akhirnya ditangkap dan diasingkan ke Makassar oleh pemerintah kolonial Belanda. Sementara keraton Sambaliung di Sungai Gayam dibakar oleh pasukan KNIL.
  • 1837 M - Thaikong kehilangan sebagian besar wilayahnya setelah kongsi-kongsi kecil yang menjadi bawahannya beralih tunduk kepada Belanda dan Samtiaokiu, menyisakan Monterado sebagai satu-satunya daerah yang masih dikendalikan oleh kongsi dagang tersebut.
  • 1838 M - Sintang menyerang Selimbau. Beberapa kerajaan kecil kemudian muncul sebagai bawahan Selimbau, yakni Empanang, Batang Lupar, Seberuwang, dan Suhaid. Seorang petualang Inggris bernama James Brooke tiba di kota Kuching di ujung barat kesultanan Brunei. Ia datang untuk berdagang, namun setelah mengetahui bahwa Sultan Brunei (Omar Ali Saifuddin II) dan penguasa Sarawak (Pengiran Muda Hasyim) tengah menghadapi suatu pemberontakan yang banyak meneror lautan Sarawak, Brooke mengambil kesempatan untuk menjadi penguasa dengan menawarkan bantuannya, yang disetujui oleh mereka. Brooke pun berhasil menumpas pemberontakan itu. Aji Imbut wafat di Kutai. Sultan Aji Muhammad Salehuddin naik tahta menggantikannya.
  • 1841 M - James Brooke mendapatkan kota Kuching sebagai hadiah dari Sultan Omar Ali Saifuddin II karena telah bersedia membantunya dalam menumpas pemberontakan. Di tanah tersebut, Brooke mendirikan kerajaan Sarawak dan menjadi penguasa pertama dari Dinasti Raja Putih.
  • 1843 M - Sultan Adam II Aji Alamsyah naik tahta di Paser. Saat pengangkatannya, seorang Belanda untuk pertama kalinya menghadiri penobatan tersebut, yakni Residen Banjarmasin AL Weddik. Ia diutus untuk melakukan kontrak politik dengan Paser dimana negeri tersebut bersedia bergabung dengan Hindia Belanda. Paser pun resmi menjadi bawahan Belanda.
  • 1844 M - Libau Anak Ningkan, atau lebih dikenal dengan nama Panglima Rentap memimpin gerakan perlawanan masyarakat Dayak Iban di area sungai Skrang terhadap pemerintahan James Brooke di Sarawak. James Erskine Murray dari Inggris menyerang istana Kutai di Tenggarong, setelah kecewa atas penolakan Sultan Kutai terhadap permintaannya untuk mendirikan pos dagang di negeri tersebut. Armada Inggris mengalami kekalahan dan dapat diusir oleh pasukan Kutai. Tak lama kemudian, Belanda mengirim armada KNIL ke Kutai untuk mengantisipasi adanya serangan asing lagi. Tenggarong digempur dan istana Kutai dapat dikuasai, menewaskan seorang petinggi militer bernama Senapati Awang Long. Sang Sultan dapat melarikan diri ke Kota Bangun, namun akhirnya harus kembali untuk menandatangani perjanjian yang berisi pengakuan takluk terhadap Belanda.
  • 1846 M - James Brooke kembali mendapatkan tanah jajahan baru, yang terbentang dari Tanjung Datu hingga kuala sungai Samarahan. Wilayah ini diberikan oleh Pengiran Muda Hasyim setelah Brooke kembali mengatasi satu lagi pemberontakan sipil di Sarawak.
  • 1847 M - Pangeran Muhammad Abbas Surya Negara naik tahta di Selimbau. Pada masa pemerintahannya, negeri tersebut mengalami zaman keemasan dan memperluas wilayah hingga ke Batang Ai di utara. Brunei menjalin hubungan diplomatik dengan Inggris.
  • 1848 M - Inggris mendapatkan pulau Labuan dari Sultan Brunei.
  • 1849 M - Gubernur Jenderal Hindia Belanda JJ Rochussen mengunjungi Banjar untuk meresmikan pembukaan tambang batu bara Belanda pertama bernama Oranje Nassau Bentang Emas di Pengaron.
  • 1850 M - Perang Kongsi II di Kalimantan Barat. Thaikong yang merasa terancam dengan keberadaan Belanda melancarkan penyerangan terhadap Samtiaokiu. Laskar kongsi Cina tersebut mampu merebut kembali daerah-daerah yang sebelumnya telah melepaskan diri. Belanda mengirim pasukan untuk menumpas konflik itu, namun terpaksa mundur kembali setelah laskar Thaikong berhasil menewaskan salah satu pimpinan mereka, Jenderal Sorg. Bulungan memerdekakan diri dari Sulu, kemudian mengklaim Tidung sebagai bawahannya. Pangeran Akhmad Hermansyah naik tahta di Kotawaringin. Aji Muhammad Sulaiman naik tahta di Kutai.
  • 1851 M - Thaikong mengadakan perundingan damai dengan Hindia Belanda dan bersedia menjadi bawahannya. Sulu mengadakan perjanjian damai dengan Spanyol. Isinya berupa penyerahan negerinya menjadi protektorat Spanyol. Namun, Sultan Sulu menginterpretasikannya sebagai sekedar perjanjian persahabatan biasa, sehingga ia menganggap bahwa kedudukan Spanyol dan Sulu tetaplah sejajar sebagai dua negara independen.
  • 1852 M - Belanda mengangkat Pangeran Tamjidullah II sebagai Sultan Muda merangkap Mangkubumi. Namun, hal ini dilakukan tanpa persetujuan Sultan Adam selaku penguasa Banjar. Akibatnya, hubungan Banjar-Belanda mulai mengalami ketegangan. Sultan Abdul Momin naik tahta di Brunei.
  • 1853 M - Thaikong memberontak akibat ketidakpuasan atas kebijakan kolonial yang sangat merugikan kongsi mereka. Orang-orang Thaikong juga melancarkan penyerangan terhadap Samtiaokiu, menduduki seluruh wilayah kongsi tetangganya tersebut. Sarawak kembali memperluas wilayahnya, kali ini berhasil menundukkan Saribas dan Kalaka. Brooke lalu mendirikan sebuah benteng di tepi sungai Skrang untuk mengawasi pergerakan laskar Iban pimpinan Panglima Rentap, yang tak lama kemudian menyerang benteng itu dan berhasil mendudukinya.
  • 1854 M - Belanda mengirim tentara KNIL untuk memadamkan pemberontakan kongsi Cina di Sambas. KNIL berturut-turut menduduki Singkawang, Lumar, Budok, Lara, hingga akhirnya tiba di Monterado dan Bengkayang. Pemberontakan dapat ditumpas, kongsi Thaikong dan Samtiaokiu pun dihapuskan oleh Belanda di tahun itu juga. Sultan Umar Kamaluddin naik tahta di Sambas. Sarawak melanjutkan perluasan wilayah dengan menundukkan Sarikei, Sibu, dan Mukah. James Brooke merebut kembali benteng Skrang yang diduduki pasukan Rentap, lalu lanjut menggempur dan membakar perkampungan di sungai Sarang Lang di Sebangan yang merupakan pusat pertahanan laskar Iban. Panglima Rentap dan pengikutnya pun terpaksa mundur ke Bukit Sadok dan mendirikan benteng baru di sana.
  • 1855 M - Sambas, Sintang, dan Selimbau takluk pada Hindia Belanda. Syarif Hamid Alkadrie naik tahta di Pontianak. Sultan Adam melantik Pangeran Prabu Anom sebagai Raja Muda, putra mahkota kesultanan Banjar.
  • 1856 M - Belanda mengangkat Pangeran Hidayat sebagai Mangkubumi di Banjar untuk meredam pergolakan di negeri tersebut akibat pengangkatan Tamjidullah II yang pro-kolonial 4 tahun sebelumnya. Hidayat adalah pangeran yang didukung oleh mayoritas bangsawan keraton dan kaum ulama. Hidayat dan Tamjidullah sendiri sebenarnya masih merupakan saudara tiri.
  • 1857 M - Sultan Adam wafat. Belanda mengangkat Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar menggantikannya, menimbulkan kemarahan para bangsawan, ulama, dan rakyat yang sangat menentang pengangkatan tersebut. James Brooke mengirim Charles Brooke untuk menggempur benteng Rentap di Bukit Sadok. Ia membawa sejumlah 3000 orang Iban dan 500 orang Melayu sebagai pasukan lokal yang berhasil dipengaruhi untuk memusuhi Panglima Rentap. Namun, benteng Bukit Sadok terlalu kokoh sehingga Charles terpaksa menarik mundur pasukannya. Sementara itu, pemberontakan Cina meletus di pusat pemerintahan Sarawak, dilancarkan oleh para pelarian dari Samtiaokiu yang telah dikuasai Belanda. James Brooke dengan segera dapat memadamkannya dengan bantuan orang Iban dan Melayu yang telah memihaknya.
  • 1858 M - Pemerintah kolonial Belanda menangkap Raja Muda Banjar, Pangeran Prabu Anom dan membuangnya ke Bandung. Tindakan ini semakin memicu amarah rakyat Banjar. Sementara itu, di kadipaten Banua Lima, salah satu wilayah tersubur di negara Banjar, muncul gerakan pemberontakan pimpinan Tumenggung Jalil yang menentang Tamjidullah II dan sekutunya, Belanda. Kompeni EIC Inggris resmi dibubarkan. Seluruh koloni mereka pun diambil alih oleh pemerintah kerajaan Inggris. Pasukan Sarawak pimpinan Charles Brooke kembali menyerang Bukit Sadok, namun kembali mengalami kegagalan.
  • 1859 M - Perang Banjar berkobar di Kalimantan Selatan. Pangeran Hidayat dan Tumenggung Jalil, ditambah Pangeran Antasari (cucu Pangeran Amir) dan beberapa tokoh lain memimpin penyerangan terhadap tambang-tambang dan pos-pos Belanda di Banjar. Beberapa legiun pasukan lain juga menggempur daerah-daerah di sepanjang sungai Barito. Dalam sekejap, seluruh wilayah kesultanan Banjar berhasil dikuasai oleh gerakan revolusi anti-Belanda tersebut. Hindia Belanda mengumumkan darurat perang, lalu mengirimkan beberapa unit pasukan ke Banjar. Sultan Tamjidullah II dilengserkan lalu dibuang ke Jawa. Hidayat dinobatkan oleh para pejuang sebagai Raja, Sultan Hidayatullah II. Pemberontakan Melanau pimpinan Syarif Masahor, penguasa Sarikei, terhadap pemerintahan James Brooke di Sarawak. Ia memimpin penyerangan terhadap benteng Brooke di Kanowit. Pangeran Osman Diraja Kesuma Negara naik tahta di Piasak.
  • 1860 M - Hindia Belanda mengumumkan pembubaran kesultanan Banjar secara sepihak. Sultan Hidayatullah II melantik 4 orang pejuang pimpinan Tumenggung Gamar Cakrayuda sebagai panglima perang, serta resmi mengumumkan Perang Jihad terhadap Belanda. Pertempuran terjadi di hampir tiap tempat di seluruh Banjar, dimana sebagian besar mampu dimenangkan oleh pihak Banjar. Laskar Dayak yang mengendarai Lanting Kotamara (semacam panser terapung) berhasil menenggelamkan beberapa kapal perang Belanda yang memasuki sungai Barito, sementara para pejuang Banjar membangun benteng-benteng kokoh sebagai pusat pertahanan di kawasan Banua Lima dan sekitarnya. Syarif Masahor beraliansi dengan beberapa bangsawan Melayu dari Brunei dan Pontianak untuk menggempur kota Kuching di Sarawak, namun gagal dan terpaksa mundur setelah seluruh armada kapal mereka dihancurkan oleh pasukan Sarawak pimpinan Charles Brooke.
  • 1861 M - Serdadu KNIL Belanda menggempur benteng-benteng pertahanan Banjar di pedalaman, namun sebagian besar serangan tersebut mengalami kegagalan. Banyak petinggi militer Belanda yang tewas dalam pertempuran itu. Satu kompi pasukan tiba di Balangan untuk menyerang Benteng Tundakan, salah satu markas Banjar terkuat. Saat itu, beberapa pemimpin perjuangan ada di sana yakni Pangeran Antasari, Tumenggung Jalil, Tumenggung Baro, dan Pangeran Maradipa. Perang pecah di pertengahan bulan September, dan akhirnya usai dengan kemenangan di pihak Banjar. Namun, Tumenggung Jalil, salah satu pelopor perjuangan kemerdekaan negara Banjar, gugur dalam pertempuran tersebut. Sementara itu, Sultan Hidayatullah II mendirikan markas di Gunung Pamaton. Ia merencanakan serangan umum terhadap Martapura, tetapi informasi ini bocor ke tangan Belanda yang langsung menggempur Gunung Pamaton saat itu juga. Namun, serangan Belanda ini dapat digagalkan. Pihak Banjar dan Belanda kemudian sempat mengadakan negosiasi damai di Martapura, dengan Demang Lehman sebagai wakil Banjar dan Residen Verpyck sebagai wakil Belanda, namun menemui jalan buntu. Sarawak memadamkan pemberontakan Melanau. Syarif Masahor ditangkap dan dibuang ke Singapura. Brunei kehilangan wilayah Bintulu dan Kapit karena diserahkan kepada Sarawak.
  • 1862 M - Sultan Hidayatullah II ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, setelah terbujuk janji palsu Belanda untuk mengadakan perundingan damai di Martapura pada bulan Februari. Belanda kemudian menghancurkan kampung Pasayangan dan membakar Masjid Martapura, tempat yang sempat disinggahi oleh Sultan Hidayatullah tepat sebelum tertangkap oleh mereka. Mendengar berita itu, para pejuang Banjar pun menobatkan Pangeran Antasari sebagai pemimpin baru mereka dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Penobatan diadakan di bulan Maret. Namun, tujuh bulan kemudian Pangeran Antasari wafat di pedalaman Murung Raya akibat penyakit cacar dan paru-paru yang dideritanya setelah pertempuran di Tundakan. Kedudukannya digantikan oleh putranya, Sultan Muhammad Seman, yang juga merupakan Sultan Banjar terakhir.
  • 1863 M - Serdadu KNIL menduduki Muara Teweh dan langsung mendirikan benteng di sana. Sarawak untuk ketiga kalinya kembali melancarkan serangan terhadap Bukit Sadok. Kali ini dipimpin langsung oleh James Brooke. Pertempuran sengit pun berlangsung selama satu bulan. Kedua kubu masing-masing menggunakan sebuah meriam pamungkas, yakni meriam Bujang Sadok di pihak Brooke dan meriam Bujang Timpang Berang di kubu Rentap. Pada akhirnya, perang pun usai dengan kemenangan Sarawak. Panglima Rentap gugur, seluruh benteng dan permukiman Iban di Bukit Sadok dibakar habis oleh James Brooke dan pasukannya. Dengan ini, berakhirlah konflik Inggris-Iban yang telah berlangsung selama lebih dari dua dekade.
  • 1864 M - Demang Lehman tertangkap di Batulicin oleh sekelompok orang pimpinan Syarif Hamid, penguasa Batulicin saat itu yang pro-Belanda. Demang Lehman yang merupakan salah satu pemimpin perjuangan Banjar ini pun dibawa ke Martapura dan dihukum gantung oleh pemerintah kolonial Belanda. Di tahun yang sama, Tumenggung Surapati (seorang kepala suku Dayak Siang, juga salah satu pimpinan laskar Banjar) memimpin penyerangan terhadap benteng Belanda di Muara Teweh.
  • 1865 M - KNIL menggempur Tabalong dan Balangan, menewaskan dua orang perwira Banjar yang bernama Penghulu Rasyid dan Tumenggung Naro. Kedua wilayah tersebut pun jatuh ke tangan Belanda. Tumenggung Surapati kembali menyerang benteng Muara Teweh. Dengan meriam kapal-kapal Belanda hasil rampasan perang, armada Banjar menggempur benteng tersebut. Namun karena pihak Belanda telah lebih siap dari serangan sebelumnya, Surapati dan pasukannya gagal merebutnya dan terpaksa undur diri. Pangeran Ratu Anom Kusuma Yudha naik tahta di Kotawaringin.
  • 1866 M - Belanda menaklukkan Amuntai. Haji Buyasin, salah satu pemuda pemimpin laskar Banjar gugur dalam serangan yang dilancarkan oleh Pembakal Bonang, rivalnya yang pro-Belanda di wilayah Tanah Dusun. Ia gugur dalam usia yang relatif muda, 29 tahun. Sultan Muhammad Syafeiuddin II naik tahta di Sambas.
  • 1867 M - Laskar Banjar pimpinan Tagap Kurdi merebut kembali Amuntai dari Belanda. Ratu Intan Dura naik tahta di Tidung.
  • 1868 M - Raja Putih James Brooke wafat di Sarawak. Charles Johnson Brooke menggantikannya sebagai Raja Putih Sarawak kedua.
  • 1870 M - Panglima Wangkang memimpin penyerangan Banjar terhadap Marabahan di Barito Kuala dan kota Banjarmasin. Pasukan Banjar sempat menguasai tempat-tempat tersebut, namun pada akhirnya terpaksa mundur setelah Belanda mengirim lebih banyak tentara untuk merebutnya kembali. 
  • 1872 M - Syarif Yusuf Alkadrie naik tahta di Pontianak.
  • 1875 M - Tumenggung Surapati wafat akibat sakit yang telah lama dideritanya, ditambah usia yang telah uzhur. Perjuangannya dilanjutkan oleh putranya, Tumenggung Ajidan bersama dengan Sultan Muhammad Seman. Pangeran Aji Inggu naik tahta di Paser.
  • 1876 M - Pontianak berkonflik dengan Simpang dan berujung pada pertempuran di antara keduanya. Pontianak berhasil menduduki Sukadana, memaksa Simpang untuk menutup pelabuhan di kota tersebut. Hindia Belanda mendatangkan perwakilan untuk menengahi keduanya, dan kemudian memutuskan untuk mendirikan pemerintahan langsung di Sukadana.
  • 1877 M - Sultan Abdul Momin mengadakan perjanjian dengan Gustavus Baron de Overbeck dan Alfred Dent dari sebuah perusahaan Inggris bernama British North Borneo Company (BNBC) mengenai penggadaian wilayah Brunei di Sabah kepada kompeni tersebut.
  • 1878 M - Kesultanan Sulu mengadakan perjanjian dengan kompeni BNBC Inggris tentang pemberian wilayah Sulu di Sabah kepada perusahaan tersebut. Ada perbedaan pandangan antara keduanya. Pihak Sulu menginterpretasikannya sebagai sebuah perjanjian penyewaan/peminjaman, sedangkan Inggris memandangnya sebagai penyerahan wilayah secara penuh.
  • 1880 M - Bulungan dan Tidung menjadi bawahan Hindia Belanda.
  • 1881 M - Sabah resmi menjadi protektorat Inggris.
  • 1882 M - Sarawak menaklukkan Miri di Brunei.
  • 1883 M - Sultan Muhammad Seman memimpin penyerangan terhadap Tanjung, Amuntai, dan Balangan.
  • 1884 M - Pemberontakan Lanfang di Mempawah. Akibatnya, Belanda mengirim pasukan untuk menumpas dan mengendalikan wilayah tersebut secara penuh. Riwayat kongsi dagang Lanfang pun berakhir. Pemberontakan Limbang di Brunei. Putra mahkota Brunei saat itu, Pengiran Temenggong Pengiran Anak Hasyim meminta bantuan konsul Inggris di Labuan, William Treacher. Melalui bantuan pasukan Inggris dan juga Sarawak, pemberontakan pun dapat dipadamkan.
  • 1885 M - Pengiran Temenggong Pengiran Anak Hasyim naik tahta di Brunei dengan gelar Sultan Hasyim Jalilul Alam Aqamaddin. Ia menyerahkan wilayah Trusan kepada Sarawak yang terus mendesaknya, menagih imbalan atas pertolongan mereka setahun sebelumnya.
  • 1886 M - Pasukan Banjar pimpinan Tumenggung Gamar Cakrayuda menggempur Tanah Bumbu, namun berakhir dengan kekalahan yang menewaskan sang Tumenggung.
  • 1888 M - Brunei dan Sarawak resmi menjadi protektorat Inggris. Kekaisaran Inggris juga mengambil alih pemerintahan di Sabah setelah BNBC mengalami masalah internal yang berujung pada kebangkrutan.
  • 1890 M - Limbang dianeksasi oleh Sarawak, membuat wilayah Brunei semakin menipis.
  • 1891 M - Penandatanganan Konvensi Perbatasan di London. Belanda dan Inggris mengadakan perjanjian mengenai pembagian daerah kolonial mereka dan untuk saling menghormati kedaulatan wilayahnya masing-masing. Kedua penjajah Eropa itu pun membuat dan menetapkan garis perbatasan baru antara area jajahan mereka di Kalimantan.
  • 1894 M - Perjanjian Damai Tumbang Anoi. Belanda mengundang sekitar seribu orang dari 152 suku Dayak di seluruh Kalimantan untuk mengadakan pertemuan di Tumbang Anoi (Gunung Mas, Kalimantan Tengah). Rapat akbar tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri pertikaian sesama suku Dayak dan menghentikan tradisi mengayau. Di satu sisi, perjanjian ini menjadi titik awal penaklukkan Belanda terhadap seluruh masyarakat Dayak di pedalaman. Namun di sisi lain, perjanjian ini juga menciptakan persatuan dan persaudaraan antara seluruh suku Dayak yang dahulu saling berkonflik.
  • 1895 M - Sultan Syarif Muhammad Alkadrie naik tahta di Pontianak.
  • 1896 M - Datu Adil naik tahta di Tidung sebagai penguasa terakhir di kerajaan tersebut.
  • 1898 M - Perang Spanyol-Amerika meletus di Pasifik. Amerika Serikat menggempur Filipina dan berhasil menguasainya, memaksa Spanyol angkat kaki dari sana. Seluruh Filipina pun jatuh ke tangan Amerika Serikat, kecuali Sulu yang kembali mendapatkan kemerdekaannya.
  • 1899 M - Pemberontakan Amuk Hantarukung di Kandangan. Panglima Bukhari memimpin perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda di wilayah Kandangan, Hulu Sungai Selatan.

Abad 20:


  • 1901 M - Soekarno lahir.
  • 1902 M - Mohammad Hatta lahir.
  • 1903 M - Hindia Belanda merebut kembali wilayah Hulu Sungai Utara, Balangan, dan Tabalong. Pemerintah kolonial kemudian memasang jalur telegraf yang menghubungkan kota Banjarmasin dengan Amuntai.
  • 1904 M - Sultan Hidayatullah II wafat dalam pembuangannya di Cianjur. Gusti Muhammad Arsyad, menantu Sultan Muhammad Seman ditangkap dan diasingkan ke Bogor.
  • 1905 M - Sultan Muhammad Seman gugur dalam pertempuran terakhir melawan Belanda di benteng Baras Kuning di Manawing, Murung Raya. Serdadu Belanda bersama pasukan khusus mereka, Marsose, lanjut memburu Panglima Batur yang merupakan pimpinan laskar Banjar terakhir yang masih bertahan. Ia ditangkap di kediamannya di kampung Lemo, lalu ditawan ke Banjarmasin untuk dihukum gantung. Amerika Serikat menaklukkan Sulu.
  • 1906 M - Ratu Zaleha, putri Sultan Muhammad Seman dan istri Gusti Muhammad Arsyad, menyerahkan diri kepada Belanda dan diasingkan ke Bogor atas permintaannya untuk mendampingi suaminya di sana. Pertahanan terakhir laskar Banjar di pedalaman Barito Utara-Murung Raya pun ikut menyerah. Dengan ini, Perang Banjar pun berakhir dan seluruh negeri Banjar telah sepenuhnya takluk pada Hindia Belanda. Pemerintah kolonial Belanda kemudian juga mendirikan pemerintahan langsung terhadap wilayah Kapuas Hulu bagian timur.
  • 1908 M - Era Kebangkitan Nasional dimulai.
  • 1913 M - Pemberontakan rakyat pimpinan Pangeran Natakesuma berkobar di Landak.
  • 1914 M - Hindia Belanda memadamkan pemberontakan di Landak. Pangeran Natakesuma ditangkap dan diasingkan ke Bengkulu. Pangeran Ratu Sukma Alamsyah naik tahta di Kotawaringin.
  • 1915 M - Inggris dan Belanda menandatangani pembaharuan persetujuan perihal batas wilayah antara koloni mereka di Kalimantan, menghasilkan batas wilayah yang masih diwarisi oleh Indonesia dan Malaysia sampai hari ini. Kesultanan Sulu dihapuskan oleh Amerika Serikat.
  • 1916 M - Kerajaan Tidung dihapuskan oleh Belanda.
  • 1917 M - Charles Vyner Brooke diangkat menjadi Raja Putih Sarawak ketiga.
  • 1918 M - Tjilik Riwut lahir di Kasongan, Kalimantan Tengah.
  • 1920 M - Pangeran Natakesuma wafat dalam pembuangannya di Bengkulu. Sultan Aji Muhammad Parikesit naik tahta di Kutai.
  • 1924 M - Muhammad Ali Syafeiuddin II naik tahta di Sambas. Ahmad Tajuddin naik tahta di Brunei.
  • 1926 M - Muhammad Ibrahim Syafeiuddin naik tahta di Sambas.
  • 1928 M - Ikrar Sumpah Pemuda oleh para nasionalis Indonesia di Batavia.
  • 1938 M - Hindia Belanda menyatukan seluruh administrasi di Kalimantan menjadi satu provinsi bernama Borneo, yang beribukota di Banjarmasin. Dr. Bauke Jan Haga dilantik sebagai gubernur pertamanya. Pemerintah kolonial juga mendirikan provinsi Sumatra dan Timur Besar.
  • 1939 M - Perang Dunia II dimulai.
  • 1940 M - Pusat pemerintahan Belanda di Eropa jatuh ke tangan Jerman NAZI. Hindia Belanda mengumumkan keadaan siaga. Pangeran Ratu Anom Alamsyah naik tahta di Kotawaringin.
  • 1941 M - Kekaisaran Jepang memulai penaklukkan Asia Timur Raya. Brunei dan Sarawak dengan cepat jatuh ke tangan armada Jepang.
  • 1942 M - Seluruh Kalimantan dikuasai oleh pasukan Jepang, begitu pula dengan seluruh koloni Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat di Nusantara. Armada Jepang kemudian mendirikan markas di Banjarmasin dan Balikpapan.
  • 1944 M - Tragedi Mandor Berdarah. Peristiwa pembantaian massal oleh Jepang terhadap 12 Sultan beserta para cendekiawan, feodal, politisi, agamawan, tokoh masyarakat, dan rakyat jelata di seluruh Kalimantan Barat. Mereka dicurigai tengah merencanakan pemberontakan dan hendak mendirikan Negara Rakyat Borneo Barat. Diperkirakan sekitar 21.000 orang tewas dalam pembantaian berdarah ini. Seorang bangsawan Melayu Pontianak berhasil lolos dari pembantaian ini, yakni Syarif Abdul Hamid Alkadrie yang kala itu tengah dipenjara di Jakarta. Pasukan Sekutu yang terdiri dari Inggris, Australia, Amerika Serikat, dan Belanda menggempur pertahanan Jepang di kota Balikpapan. Perang Dayak Desa meletus antara laskar Dayak dengan tentara Jepang di Sanggau. Pihak Dayak dipimpin oleh Pang Suma, Pang Linggan, dan beberapa tokoh masyarakat lain.
  • 1945 M - Syarif Abdul Hamid Alkadrie dibebaskan dari bui, kemudian dinobatkan menjadi Sultan Pontianak dengan gelar Sultan Hamid II. Tak lama kemudian, Perang Dunia II berakhir dan Jepang pun menyerah kepada Sekutu. Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia di Jakarta. Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda sebagai bagian dari negara yang baru lahir tersebut. Soekarno-Hatta melantik Pangeran Muhammad Noor sebagai gubernur Kalimantan, namun karena saat itu wilayah Kalimantan telah dikuasai kembali oleh pasukan Sekutu, pemerintahan pun terpaksa dilakukan di Yogyakarta. Para pemuda nasionalis Indonesia di Kalimantan membentuk beberapa organisasi lokal pendukung kemerdekaan, seperti PPRI (Pemuda Penyongsong Republik Indonesia). Di Sambas, sebuah pertempuran terjadi antara pejuang Indonesia dengan prajurit Sekutu setelah para pejuang menaikkan Bendera Merah Putih di depan keraton Alwatzikhobillah Sambas. Di Ketapang, perjuangan kemerdekaan dipimpin oleh Rahadi Osman, yang kemudian tewas dalam baku tembak melawan Belanda di Kampung Sungai Besar. Sementara itu, laskar Dayak Desa di Kapuas Sanggau masih terus melancarkan perlawanan, baik terhadap sisa-sisa prajurit Jepang ataupun dengan pasukan Sekutu-NICA yang mulai merambah wilayah mereka.
  • 1946 M - Konferensi Malino dan Perjajian Linggajati. Belanda mendirikan negara Dayak Besar dan Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Perang Bengkayang. Kapten Ali Anyang, Bambang Ismoyo, dan beberapa tokoh pejuang lain mendirikan gerakan kemerdekaan BPIKB (Badan Pemberontakan Indonesia Kalimantan Barat), kemudian melancarkan serangan terhadap kota Bengkayang yang dikuasai NICA, dan berhasil mendudukinya selama 18 jam. Pertempuran di Landak. Pertempuran pasukan GERAM (Gerakan Rakyat Merdeka) pimpinan Bardan Nadi dan Gusti Lagum melawan tentara NICA di Ngabang dan Sengah Temila. 
  • 1947 M - Agresi militer Belanda I terhadap Jawa dan Sumatra. Belanda mendirikan negara Federasi Kalimantan Tenggara. Di bawah komando Tjilik Riwut, Indonesia menerjunkan pasukan TRI di Sambi (Kotawaringin Barat) dan Banjarmasin. Pertempuran pun terjadi antara tentara Indonesia dengan pasukan Belanda di kedua tempat itu.
  • 1948 M - Perjanjian Renville. Belanda mendirikan negara Kalimantan Timur dan negara Banjar.
  • 1949 M - Agresi militer Belanda II terhadap Jawa dan Sumatra. SM Kartosuwiryo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII alias DI/TII) di Jawa Barat. Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Belanda resmi mengakui kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara serikat bernama Republik Indonesia Serikat (RIS). Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat menjadi negara bagian dari republik-serikat ini.
  • 1950 M - Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan. Sebelumnya, Sultan Hamid II telah mendapat kepercayaan dari Soekarno untuk mendesain rancangan lambang negara. Dan lahirlah Garuda Pancasila sebagai buah pikiran dari Sultan Pontianak ketujuh tersebut.
  • 1953 M - Ratu Zaleha, tokoh revolusi dan emansipasi dalam Perang Banjar, yang telah kembali dari Cianjur, wafat di Banjarmasin. Pemerintah Indonesia resmi memberikan status Daerah Istimewa kepada tiga wilayah di Kalimantan Timur, yakni Kutai, Berau, dan Bulungan.
  • 1954 M - Ibnu Hajar, seorang perwira militer Indonesia menyatakan wilayah Hulu Sungai di Kalimantan Selatan sebagai bagian dari DI/TII.
  • 1955 M - Pemilihan Umum diadakan untuk pertama kali.
  • 1959 M - Gerakan DI/TII pimpinan Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan dipadamkan oleh pasukan TNI. Pemerintah Indonesia menurunkan status Daerah Istimewa yang disandang Kutai, Berau, dan Bulungan menjadi kabupaten. Ketiganya lalu dilebur ke dalam pemerintahan provinsi Kalimantan Timur.
  • 1962 M - Pemberontakan Brunei. AM Azahari, Othman bin Sheikh Machmud, dan Yasin Affandi dari Partai Rakyat Brunei (PRB) memimpin pasukan TNKU (Tentara Nasional Kalimantan Utara) dalam melancarkan penyerangan terhadap kota minyak Seria di Belait serta pos polisi dan pemerintahan di sekitarnya. TNKU juga menyerang Limbang di Sarawak. Ini merupakan gerakan berhaluan kiri yang konon bertujuan untuk memerdekakan diri dari Inggris, melenyapkan monarki kesultanan Brunei, dan menggabungkan diri dengan Indonesia. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh pasukan gabungan Inggris-Malaya dari Singapura.
  • 1963 M - Negara Federasi Malaysia resmi berdiri, merdeka dari Inggris. Sabah dan Sarawak bergabung dengan federasi ini. Soekarno menolak keberadaan negara ini dan mengumumkan permusuhan. Konfrontasi Indonesia-Malaysia pun resmi dimulai. Pertempuran Long Jawai. Indonesia mengirim 200 orang tentara ke kawasan pedalaman Kapit di Sarawak, berperang dengan beberapa puluh prajurit Gurkha Inggris dan Malaysia di desa Long Jawai.
  • 1964 M - Soekarno mengumumkan Dwikora di Jakarta. Pasukan Indonesia mulai melancarkan penyerangan terhadap Sabah dan Sarawak. Tragedi Bultiken. Peristiwa serangan TNI terhadap keraton kesultanan Bulungan yang dituduh pro-Malaysia. Keraton Bulungan dibakar selama dua hari dua malam berturut-turut, sementara banyak bangsawan kesultanan yang diculik dan dibunuh.
  • 1965 M - Pertempuran Plaman Mapu. Tentara Indonesia menggempur pangkalan militer Inggris di perbatasan barat Sarawak-Kalimantan Barat di kawasan Tembawang. Indonesia juga melakukan serangan terhadap kota Bau di divisi Kuching. Pihak Inggris membalas dengan melancarkan Operasi Claret, yakni pengiriman pasukan udara Inggris dan Australia secara rahasia yang berhasil masuk hingga ke wilayah Bengkayang. Pertempuran pecah di perbatasan Indonesia-Malaysia di Sabah. Pasukan Indonesia berjumlah sekitar 5000 unit tentara menggempur Semporna di distrik Tawau. Selama 68 hari, TNI dapat mengepung daerah tersebut sebelum akhirnya dipukul mundur kembali oleh armada gabungan Malaysia-Inggris-Australia. Peristiwa G30S mengguncang Jawa, menyebabkan serangan terhadap Malaysia mulai mereda.
  • 1966 M - Pembantaian massal terhadap ribuan tertuduh komunis di seluruh Indonesia oleh Soeharto dan TNI-AD. Diperkirakan 70 ribu-1 juta orang tewas dalam genosida ini. Penyerahan Supersemar dari Soeharto kepada Soekarno. Konfrontasi Indonesia-Malaysia resmi berakhir. Kedua negara mulai memperbaiki hubungan.
  • 1967 M - Soekarno menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Soeharto. Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah naik tahta di Brunei.
  • 1968 M - Era Orde Baru resmi dimulai dengan dilantiknya Soeharto menjadi Presiden RI kedua.
  • 1970 M - Soekarno wafat di usia 69 tahun. Pemerintah menetapkan masa berkabung selama 7 hari.
  • 1978 M - Sultan Hamid II wafat di usia 64 tahun.
  • 1984 M - Brunei mendapatkan kemerdekaan dari Inggris.
  • 1987 M - Tjilik Riwut wafat di usia 69 tahun.
  • 1997 M - Krisis finansial melanda Asia, melumpuhkan perekonomian dan keuangan di sebagian besar Asia Timur. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami pukulan berat, bersama dengan Thailand dan Korea Selatan. Kerusuhan Sanggau Ledo. Konflik antar etnis meletus di Kalimantan Barat.
  • 1998 M - Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden setelah serangkaian kerusuhan di Jawa. BJ Habibie dilantik sebagai Presiden RI ketiga. Orde Baru pun berakhir dan Era Reformasi resmi dimulai.
  • 1999 M - Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dilantik menjadi Presiden RI keempat menggantikan Habibie. Kerusuhan Sambas. Konflik antar etnis kembali meletus di Kalimantan Barat.

Abad 21:


  • 2001 M - Kerusuhan Sampit, konflik antar etnis meletus di Kalimantan Tengah. Megawati Soekarnoputri dilantik sebagai Presiden RI kelima menggantikan Gus Dur.
  • 2002 M - Pulau Sipadan dan Ligitan di lepas pantai Kalimantan Utara secara resmi menjadi bagian dari Malaysia, setelah menjadi persengketaan dengan Indonesia selama bertahun-tahun.
  • 2004 M - Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla menjadi pasangan pemimpin RI pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
  • 2008 M - Soeharto wafat di usia 86 tahun.
  • 2009 M - SBY kembali memenangi Pilpres dan menjadi Presiden RI bersama Boediono sebagai Wapres yang baru. Gus Dur wafat di usia 69 tahun.
  • 2010 M - Kerusuhan Tarakan, konflik antar etnis meletus di Kalimantan Timur.
  • 2012 M - Provinsi Kalimantan Utara resmi dibentuk sebagai provinsi termuda di Indonesia, hasil pemekaran dari Kalimantan Timur. Provinsi ini terdiri dari bekas wilayah kesultanan Bulungan dan Tidung di masa lalu.
  • 2013 M - Insiden Lahad Datu. Suatu gerakan militer terhadap wilayah Sabah Timur yang dilancarkan oleh sekitar 200 orang prajurit yang mengatasnamakan diri mereka sebagai Angkatan Keselamatan Diraja Kesultanan Sulu dan Borneo Utara (AKDKSBU). Pasukan ini merupakan pengikut Jamalul Kiram III, seorang bangsawan Filipina yang mengaku sebagai Sultan Sulu saat ini yang sah. Insiden yang terjadi selama kurang lebih satu bulan ini memakan korban tewas sedikitnya 10 orang dari pihak Malaysia dan 68 orang dari pihak Sulu, dan sempat merenggangkan hubungan antara Malaysia dan Filipina. 
  • 2014 M - Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik sebagai Presiden dan Wapres Indonesia menggantikan SBY-Boediono.
------

Sumber sejarah:

- A History of Modern Indonesia Since c. 1200
- Academia.edu
- Alamat Zaman Ketahtaan Nagari Baruni
- Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia
- Babad Sangkala
- Batu Tarsilah Brunei
- Berbagai Blog dan Situs Pecinta Sejarah
- Blog Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia
- Borneo Oracle
- Chiu Tang Shu
- De Bandjarmasinsche Krijg van 1859-1863
- Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula
- Folks Of Dayak
- Hikayat Banjar
- Hikayat Datu Banua Lima
- Hikayat Lambung Mangkurat
- Induk Lontar Kerajaan Landak
- Jurnal Pengembaraan James Brooke
- Kalimantan Membangun
- Kisah Tujuh Kerajaan
- Kronik Sejarah Dinasti-dinasti Cina
- Melayu Online
- Ming Shilu
- Monumen Relief Sejarah Kalimantan Barat
- Nagarakretagama
- Notes on the Malay Archipelago and Malacca
- Pasak Negeri Kapuas
- Salasilah Kutai
- Salasilah Raja-Raja Brunei
- Sarawak Oracle
- Sejarah Berau
- Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat
- Sejarah Kalimantan
- Sejarah Kerajaan-kerajaan Besar di Nusantara
- Sejarah Nasional Indonesia
- Silsilah Raja-Raja Sambas
- Sulalatus Salatin
- Suluh Sejarah Kalimantan
- Syair Awang Semaun
- Syair Tarsilah Negeri Saribas
- Taiping Huanyu Ji
- Urang Banjar Dalam Sejarah
- Wadian Nan Sarunai Usak Jawa
- Wikipedia

Komentar

  1. Masya Allah... Luar Biasa, Kang...👍👍👍👍👍

    BalasHapus
  2. Info sejaranh yang sangat bermanfaat

    BalasHapus
  3. Sangat bagus... Cuman saya sering buka peta lama suka bingung. Kalau dari sejarah terbentuknya negara Malaysia dan Brunai tahun 1960 an.... Tapi saya temui peta dri tahu. 1800 an dan 1700 an buatan kolonial wilayah tersebut sudah terpetakan.... Mana yang betul nih gan.... Terima kasih

    BalasHapus
  4. Terima kasih, susunan yg sungguh menarik....

    BalasHapus
  5. Terima kasih infonya kang, Jazamukallahu

    BalasHapus
  6. alhamdulillah terima kasih ilmu sejarahnya...

    BalasHapus
  7. Informatif sekali.. luar biasa...

    BalasHapus
  8. Ada maklumat tentang 500 M - Peradaban Santubong muncul di Sarawak.?

    BalasHapus
  9. Jika dibaca dengan seksama sesuai urutan tahun dan penjabaran singkat maka terdapat banyak kejanggalan.

    Kutai Martadipura (nama asli Kutai ing Martapura) adalah kerajaan tertua dan duluan maju mengenal sistem kerajaan dan tulisan, tapi anehnya malah belajar adat istiadat dan mengelola kepemerintahan di majapahit?

    Dalam hikayat asli lokal dayak ma'anyan Lambung Mangkurat adalah asli orang ma'anyan bukan dari keling anak mpu jatmika (jawa).

    Majapahit tidak mampu dan gagal menaklukkan Tanjung Puri namun anehnya dalam perjanjian damai kedua belah pihak Tanjung Puri mau jadi bawahan Majapahit???

    Silahkan baca lagi secara teliti, jelas terjadi kejanggalan dalam alur cerita di mana terlihat jelas ada sejarah sisipan yg sengaja dipaksakan...

    Patut diduga bahwa sejarah ini jauh dari kebenaran dan ada motif kepentingan di dalamnya.

    BalasHapus
  10. Naskah kuno dari Sulawesi Ilagaligo adalah naskah kuno yg terpanjang di dunia tidak ada menceritakan bahwa sulawesi pernah berperang dengan majapahit apalagi takluk dan menjadi bawahan majapahit.

    BalasHapus
  11. Hikayat pun banyak yg sudah dirubah menyesuaikan keinginan si empunya.

    Para ahli sejarah mengatakan bahwa salah satu sumbernya adalah hikayat lokal tetapi anehnya berbeda dengan hikayat lokal yg berkembang di daerah pedalaman di mana hikayat itu masih lestari diceritakan dari orang tua ke anak dan seterusnya.

    BalasHapus
  12. Ada sejumlah kerajaan Dayak yg kecil tidak termasuk karena digabung dengan kerajaan Melayu sehingga dihitung lah menjadi kerajaan Melayu. Mohon untuk lebih teliti dan detail dalam menyampaikan isinya karena beberapa topik juga ada yg sesat yang saya lihat. Mohon maaf jika tidak baik saya dalam menyampaikan kritik

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  14. soekarno memang bangsat dia juga la punca hancurnya kerajaan nenek moyang kami maulana dijalaluddin, sesungguhnya doa2 orang terzalimi berjalan dimalam hari semoga segala bangsat2 perajurit soekarno disiksa allah swt sepertimana menyiksa kerajaan nenek mo0yang kami.

    BalasHapus
  15. @Lazardi, Ada sumber atau rujukan untuk peradaban awal Iban pada abad 700-1300 M?

    BalasHapus
  16. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  17. Sejarah kinabatangan itu tidak tepat sum ping itu bukanlah raja di kinabatangan mereka bukan penduduk asal kinabatangan mengapa pulak org cina yg digelar raja sedangkan mereka hanyalah menetap sana sambil berdagang pada abad ke7. Sejarah itu ada dinegara China. Maaf ya terima kasih perkongsiannya cuma perlu diteliti lagi sejarah itu. Sebab sultan kedua brunei sultan Ahmad mengahwini puteri kinabatangan cuma nama puteri itu disembunyikan, hanya disimpan puteri kinabatangan sahaja manakan pulak namanya puteri kinabatangan itu tidak logik.

    BalasHapus
  18. Apa bukti untuk kebudayaan awal Iban pada 700 M?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kronologi Sejarah Pulau Sumatra (75.000 SM - 2017 M)

Peta Sejarah Indonesia Periode 1900-2016

Kronologi Sejarah Pulau Jawa (10.000 SM - 2017 M)