Postingan

Gunungan, Balapan, dan Pendidikan

Gambar
DISCLAIMER: Tulisan yang akan anda baca ini adalah opini pribadi, jadi anda boleh setuju ataupun tidak. Selamat membaca. [Selasa, 02-05-23, 11:13 WIB] Selamat Hari Pendidikan Nasional. Hari lahir Bapak Pendidikan, Ki Hadjar Dewantara. Hari ini, saya ingin mengangkat sebuah topik yang sensitif dan kontroversial. Kenapa? Karena tanggal 1 kemarin, ada sebuah postingan di IG yang membuat saya ke- trigger untuk menulis ini. Sore setelah saya membaca postingan itu, sebenarnya saya sudah ngepost story yang mengkritiknya, tapi di- takedown IG, sepertinya karena terlalu frontal dan mengandung kata-kata yang dilarang oleh peraturan IG. Jadi, saya putuskan untuk tulis di sini, dengan kata-kata yang “lebih halus” ( Update : setelah saya cek lagi, ternyata postingan aslinya sudah dihapus, bisa jadi karena itulah  story saya ikut hilang). Sebagai orang yang tahu sedikit tentang topik ini dan potensi bahayanya, sekaligus sebagai anak didik tidak langsung dari Bapak Pendidikan, sekaligus sebagai

Resensi Buku “Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki”

Gambar
Judul: “Aceh dari Sultan Iskandar Muda ke Helsinki” Penulis: Harry Kawilarang Penyunting: Murizal Hamzah Penerbit: Bandar Publishing Tahun Terbit: 2008 Tebal Buku: xxiv + 230 halaman ISBN:  978-176845-2 Sinopsis             Buku ini menyuguhkan informasi tentang sejarah Aceh yang panjang terbentang dari masa kerajaan-kerajaan Islam awal yakni Perlak dan Samudra Pasai, era Kesultanan Aceh Darussalam, Perang Aceh, hingga Perjanjian Helsinki antara GAM dengan Indonesia yang mengakhiri konflik bersenjata di Aceh. Buku ini terbagi menjadi sebelas bab, beserta sejumlah kata pengantar dan sebuah kronologi. Kita akan mengupas seluruh bab tersebut satu persatu berikut kronologi serta salah satu kata pengantar. Berikut penjelasannya: Kata Pengantar : Menguak Sejarah di Bawah Karpet oleh Irwandi Yusuf Irwandi Yusuf adalah seorang mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang bertugas sebagai negosiator dalam organisasi tersebut. Dalam kata pengantar ini, beliau mengisahka

Sejarah Kesultanan Ternate

Gambar
Perjalanan sejarah Kesultanan Ternate setiap tahun (1257-2018). Dari zaman para kolano, masa ekspansi dan rivalitas dengan Tidore, masa penjajahan bangsa Eropa, hingga melebur ke dalam Republik Indonesia. --- Masa pemerintahan para Kolano (1257-1495): 1257 - Kerajaan Gapi berdiri di Pulau Ternate, sebagai hasil musyawarah dari tiga komunitas asal Halmahera yang menetap di pulau tersebut sejak 1250, yakni Tobona, Foramadiahi, dan Sampala. Masing-masing komunitas dipimpin oleh seorang Momole (penguasa), yakni Momole Guna dari Tobona, Momole Molematiti dari Foramadiahi, dan Momole Ciko dari Sampala. Hasil musyawarah memutuskan bahwa ketiga komunitas harus bersatu menjadi sebuah negara, dan menetapkan Momole Ciko sebagai pemimpin pertamanya. Ciko pun dilantik sebagai Kolano (Raja) Gapi pertama, dengan gelar 'Baab Mashur Malamo'. Karena ia juga merupakan penguasa Sampala, maka ibukota pertama Kerajaan Ternate pun berada di kota Toboleu (Sampalu) yang merupakan pusat p